Jakarta (Unas) – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) Universitas Nasional (Unas) kenalkan ilmu dasar dan trik socio political photography. Hal ini didasari dengan adanya kondisi sosial politik yang berbeda di tengah pandemi Covid-19.
Umar Fauzi Bahanan, S.Sos., M.Si.
Dosen Ilmu Komunikasi Unas, Umar Fauzi Bahanan, S.Sos., M.Si. mengatakan, seorang fotografer memiliki peran yang penting dalam setiap kondisi yang terjadi di Indonesia. Terlebih pandemi Covid-19 menghasilkan banyak momen penting yang perlu diabadikan oleh seorang fotografer.
“Misalnya kegiatan sosial di puskesmas seperti adanya tes swab, atau pilkada serentak di beberapa daerah. Semua yang dilakukan di tengah pandemi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memperkaya keilmuan fotografinya agar bisa mengikuti kondisi perkembangan jaman,” ujar Umar dalam sambutannya pada webinar ‘Socio Political Photography’ HIMAKOM Unas, Jumat (18/12).
Didik Setiawan
Pengurus Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat Bidang Pendidikan dan Profesi, Didik Setiawan mengatakan, foto sosial politik yang ditangkap oleh seorang jurnalis harus memiliki tiga aspek utama. Yakni daya tarik visual (eye catching), isi atau arti (meaning), dan daya tarik emosional (impact).
”Hal ini dilakakukan agar bisa memikat daya tarik yang melihat. Sebuah foto harus memiliki makna atau pesan tersendiri yang bisa disampaikan kepada masyarakat. Tidak hanya sembarang foto, tapi harus punya arti,” tegasnya.
Didik melanjutkan, terdapat beberapa kadar berita atau news value yang harus dimiliki dalam sebuah foto berita. News value tersebut terdiri dari peristiwa yang aktual dan besar, penting bagi khalayak, memiliki kedekatan, sedang berkembang atau eksis, dan memiliki sisi kemanusiaan.
Drs. Ambia B. Boestam, M.Si.
Senada dengan hal tersebut, Dosen Komunikasi Politik Prodi Ilmu Komunikasi Unas, Drs. Ambia B. Boestam, M.Si. mengatakan, dalam konteks komunikasi politik, foto jurnalistik harus memiliki pengaruh dan beberapa efek. Yakni efek kognitif, afektif, maupun efek konatif dalam perilaku politik.
“Seorang jurnalis harus bisa menggambarkan suatu peristiwa politik di dalam satu jepretan foto. Selain itu juga memiliki nilai yang bermanfaat bagi suatu pemerintahan politik baik dalam kebijakan, pelayanan, maupun perlindungan politik,” jelasnya.
Pemerhati politik itu melanjutkan, foto jurnalistik harus memberikan narasi kepada masyarakat terkait adanya kasus politik di negeri ini. Tidak hanya dilihat dari sisi keindahannya saja, melainkan juga nilai politik yang terkandung di dalam foto tersebut.
Dr. Andi Achdian, M.Si.
Sementara dalam sisi sosial, Dosen Prodi Sosiologi Unas, Dr. Andi Achdian, M.Si. mengatakan, fotografi sosial dapat digunakan sebagai media visual yang menggambarkan, mendeskripsikan, atau menganalisis fenomena sosial.
“Fotografi sosial dapat digunakan sebagai catatan lapangan peristiwa yang terjadi di masyarakat, sumber data primer, ilustrasi sebuah fenomena bagi pembaca, serta sebagai gambaran perilaku di lapangan,” tutur Andi.
Webinar ini dibuka oleh Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Drs. Adi Prakosa, M.Si. dan merupakan agenda rutin dari Komunitas HIMAKOM Fotografi Unas.(*)