Bertempat di Pondok Pesantren Darul Afkar, Desa Kertamukti Pandeglang, Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) menyelenggarakan acara Silaturahmi Ramadan bersama 25 peserta pelatihan Da’i Konservasi di Provinsi Banten, Jumat (10/5). Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten, Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan WWF Indonesia.

Selain untuk menjalin tali silaturahmi, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menguatkan kembali komitmen pada da’i dan mitra dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya konservasi, terutama perlindungan bagi populasi Badak Jawa, satwa asli Indonesia yang kini tinggal 68 individu dan hanya hidup di kawasan TNUK, Banten.

KH. Sulaeman Ma’ruf dari Pondok Pesantren Darul Istiqamah dalam tausiahnya menyampaikan, Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya semata-semata untuk keperluan hidup manusia. Semuanya diberikan secara gratis, dan manusia tidak akan sanggup untuk menghitung seluruh karunia tersebut.

Allah menciptakan manusia tidak lain untuk beribadah kepadaNya. Dan sebagai makhluk yang telah diberi mandat sebagai pemimpin di muka bumi yang membawa kemakmuran, maka manusia berkewajiban untuk mengelola karunia ini dengan baik, tidak berlebih-lebihan apalagi berbuat kerusakan.

Menjaga kelestarian lingkungan, termasuk melindungi satwa langka, ujar Sulaeman, adalah bentuk ketaatan dan ibadah manusia kepada Allah, sekaligus sebagai tanda syukur karena Allah telah memberinya karunia yang berlimpah.

Dr. Fachruddin Mangunjaya, Ketua PPI-UNAS menjelaskan, upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pelestarian alam membutuhkan dukungan dari banyak pihak, termasuk para da’i. Karena dari para da’i, ummat memahami tentang nilai-nilai Islam yang mengajarkan tentang keseimbangan dan pelestarian lingkungan. Termasuk upaya sosialisasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2014 yang menjadi pedoman bagi umat Islam dalam melindungi satwa-satwa langka di Indonesia.

“Allah telah menciptakan berbagai jenis satwa dengan peran dan tugas yang jelas, salah satunya adalah untuk menjaga kelestarian ekosistem. Seperti burung yang setiap harinya bekerja untuk menebarkan biji tanaman, jenis serangga yang membantu penyerbukan bunga dan demikian pula dengan Badak Jawa, satwa langka sisa dari zaman purbakala, yang berperan untuk menjaga kelestarian hutan. Peran-peran tersebut sangat penting bagi kehidupan di alam, dan tentunya bagi kehidupan manusia itu sendiri,”jelas Fachruddin.

Kesadaran umat Islam dan masyarakat mengenai peranan berbagai satwa ini, ujarnya, perlu terus ditingkatkan. Terlebih pada saat ini berbagai jenis species mengalami kepunahan yang sangat drastis akibat aktivitas manusia, seperti laporan yang baru saja dikeluarkan oleh panel ahli Intergovernmental Society-Policy Platform on Biodiversity Services (IPBES) dimana 1 juta species jenis satwa dan tanaman mengalami kepunahan, dan Indonesia adalah satu negara yang mengalami ancaman kepunahan species ini.

“Indonesia adalah negara dengan keragaman hayati terbesar di dunia, namun negara ini juga mengalami ancaman untuk kehilangan kekayaan tersebut. Itu sebabnya, upaya yang dilakukan para da’I dalam menyadarkan ummat merupakan salah satu ikhtiar untuk mengatasi persoalan ini, karena Islam adalah agama yang banyak mengajarkan nilai-nilai untuk menjaga keletarian alam” ujar Fachruddin.

Silaturahmi Ramadan ini juga digunakan untuk mengaktifkan kembali forum komunikasi da’i konservasi guna memperlancar kegiatan komunikasi dan koordinasi bagi upaya konservasi di wilayah Banten. Acara ini kemudian ditutup dengan buka puasa bersama dan sholat berjama’ah.

sumber : ppi.unas.ac.id