
Jakarta (UNAS) – Program Ilmu Komunikasi Universitas Nasional (UNAS) mengadakan Seminar dan Pameran Desain Komunikasi Visual (DKV) bertajuk ‘The Art of Belonging: How Visual Design and Brand Storytelling Elevate Local Product”, di Aula Blok A lantai 4, Rabu, (16/07).
Kegiatan ini merupakan implementasi dari Mata Kuliah DKV bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Periklanan, serta diikuti oleh dosen dan mahasiswa yang memiliki ketertarikan atau latar belakang DKV, Pemasaran, Branding, dan Desain Grafis.
“Seminar dan Pameran ini dihelat dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai pentingnya visual design dan brand storytelling,” ucap Dosen Pengampu Matakuliah Desain Komunikasi Visual, Vivitri Endah Andriani., S.I.Kom, M.I.Kom. dalam sambutannya.
Ia melanjutkan, kegiatan ini juga dihadiri oleh narasumber yang kompeten di bidangnya untuk membekali mahasiswa dengan wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana desain visual dapat menjadi alat efektif dalam membangun identitas dan daya tarik produk lokal.
“Tak hanya itu, kami juga ingin menginspirasi pelaku usaha lokal untuk mengembangkan produk mereka, serta memberikan motivasi dan contoh nyata bagaimana pelaku usaha lokal dapat menggunakan seni bercerita dan desain yang tepat untuk meningkatkan nilai dan daya saing produk di pasar,” katanya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNAS, Djudjur Luciana Radjagukguk, S.Sos., M.Si. menuturkan, kegiatan ini diharapkan bisa menumbuhkan wawasan bagi mahasiswa bagaimana mendisain sebuah produk serta menyentuh rasa dengan storytelling.
“Branding yang efektif mampu menciptakan rasa serta memilii makna yang mendalam di hati konsumen,” tuturnya. Djujur melanjutkan, kegiatan ini juga diharapkan bisa mendorong terbentuknya rasa memiliki atau sense of belonging antara konsumen dan produk lokal, serta menunjukkan pentingnya membangun hubungan emosional dan komunitas melalui storytelling dan desain yang autentik, sehingga konsumen merasa lebih dekat dan bangga dengan produk lokal.
Hadir sebagai narasumber, Presiden Seribu Satu Cita Foundation, Azzahra Putri Santi menuturkan, elemen visual seperti logo, warna, tipografi, dan kemasan merupakan hal yang penting dalam membentuk citra sebuah merek.
“Hal yang membuat desain tidak menarik ialah tampilan yang generic, inkonsistensi, serta kurang mencerminkan identitas sebuah merek. Karena itu, penentuan logo, warna, tipografi, dan kemasan penting agar mencari ciri khas produk UMKM yang dijual,” jelasnya.
Dalam paparannya, Azzahra juga menuturkan pentingnya mencantumkan kekuatan estetika lokal dalam sebuah merek seperti pemanfataan budaya dna motif tradisional dalam desain. Tak hanya itu, Ia juga mendorong pelaku UMKM untuk mengikuti tren desain terkini yang relevan secara lokal dan global.
Dalam kesempatan yang sama, Lead Teacher Abundant Life International School Camboida, Ady Chandra menuturkan, membuat story telling dapat diawali dengan menuliskan kisah autentik mulai dari nilai, asal-usul, dan visi dibalik produk lokal.
“Setelah membuat story telling, publikasikan ke berbagai media sosial dan situs website. Konsiten diseluruh platform akan memperkuat citra merek, sehingga bisa terhubung secara emosial dengan audiens,” ucapnya.
Ia menambahkan, story telling memiliki dampak yang besar bagi sebuah produk. Menurutnya, nilai dari story telling lebih dari sekadar menjual produk, tetapi juga membangun loyalitas dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
“Jika mengalami kendala dalam ber-story telling, belajarlah dari UMKM yang telah efektif menggunakan story telling untuk mengembangkan produknya. Keberhasilan produk UMKM menunjukkan bagaimana narasi yang kuat dapat meningkatkan kualitas produk, bahkan produk yang paling sederhana sekalipun. (NIS)