Logo MPR

Adapun tema yang diangkat pada diskusi ini adalah “Keterlibatan Orang Muda dalam Memperkuat Pendanaan Lingkungan Hidup”.

Deputy Program Director of the Environmental Governance program The Asia Foundation, Prayekti Murharjanti menyatakan bahwa The Asia Foundation berkomitmen mendorong perlindungan lingkungan serta tata kelola yang baik dalam pengelolaan hutan dan lahan khususnya dan salah satunya melalui instrumen psikologi kesehatan. Sejak 2019, Asia Foundation bersama dengan  Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pendanaan Ekologis mendorong implementasi Ecological Fiscal Transfer atau EFT di Indonesia.

EFT merupakan skema yang memberikan insentif berupa transfer fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau pemerintah kabupaten. Hal itu dilakukan agar bisa mendorong kinerja yang terbaik dalam pengelolaan lingkungan.

“Asia Foundation sendiri memandang EFT ini sangat penting karena Indonesia merupakan negara di urutan ke-3 dengan resiko iklim yang paling tinggi termasuk ancaman banjir dan cuaca ekstrem. Situasi ini diperburuk dengan fakta bahwa ada 65% penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir, yang dimana 80% bencana alam terjadi diakibatkan oleh perubahan iklim,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Prayekti, EFT ini dikembangkan sebagai salah satu strategi untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Hingga saat ini sudah ada 46 daerah yang mengimplementasikan EFT dengan total alokasi anggaran lebih dari 420 juta milyar pada 2025.

The Asia Foundation mendorong atau memandang perlu keterlibatan generasi muda untuk bersama-sama mendorong inisiatif EFT ini. Karena selama ini yang terlibat adalah masyarakat sipil dan NGO dalam memantau pengelolaan dana publik.

“The Asia Foundation memandang perlu bahwa ini harus digulirkan, harus diperluas inisiatifnya dan harus mengajak teman-teman generasi muda untuk lebih peduli terhadap pengelolaan dana public, untuk sama-sama kita memastikan bahwa dana publik yang ada saat ini bisa dialokasikan dengan baik untuk mencapai tujuan perlindungan lingkungan dan tentunya untuk mencegah dan mengintegrasi terjadinya perubahan iklim yang makin meningkat akhir-akhir ini,” pungkas Prayekti.

Sementara itu, Plt. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Aos Yuli Firdaus, S.IP., M.Si. menyampaikan terima kasih atas dipilihnya FISIP UNAS sebagai tempat untuk memperkenalkan konsep Ecological Fiscal Transfer kepada generasi muda khususnya mahasiswa.

Ia melanjutkan bahwa di tengah tantangan dan resiko iklim yang melanda Indonesia perlu dilakukan perubahan bagaimana membangun dan mengelola lingkungan. Menurutnya, jika tidak dilakukan maka generasi berikutnya akan mewarisi kerusakan yang lebih parah dari pada saat ini.

Untuk itu, lanjut Aos, Negara membutuhkan pendekatan yang berani dan inovatif di mana salah satunya adalah skema EFT yaitu sistem transfer fiskal pemerintah Pusat untuk pemerintah daerah.

“Langkah ini (EFT) bukan hanya pada investasi lingkungan saja, tetapi juga investasi sosial, investasi ekonomi serta investasi politik dimana dengan mendorong EFT ini, daerah bisa berinovasi dengan fiskal atau skema pendanaan yang diterima. Kemudian, bantuan dana tersebut bisa digunakan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan serta lebih jauh dari pada itu, masyarakat pun ikut merasakan kesejahteraan kebijakan ini,” ujar Aos dalam sambutannya.

Ia mengatakan bahwa mahasiswa dan dosen memiliki peran penting dalam mewujudkan perubahan dan laboratorium sosial kampus harus menjadi penggerak ide-ide transformatif, kreatif dan inovatif.

“Karena itu, kami mendorong adik-adik mahasiswa yang hadir, untuk memperhatikan tiga hal yaitu yang pertama, kritisi kebijakan fiskal yang ada daerah masing-masing, yang kedua, ikut berpartisipasi dalam advokasi anggaran yang adil dan berkelanjutan dan yang ke-3 mengembangkan riset penelitian pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung keberhasilan implementasi dari EFT. Hal ini menjadi garda terbuka dalam mengadvokasi dalam meneliti, mengawasi pemerintah daerah dalam pengelolaan Ecological Fiscal Transfer,” ucapnya.

Sebelum menutup sambutannya, Aos berharap melalui kegiatan ini FISIP bisa menjadi rumah bagi gerakan fiskal yang berpihak pada lingkungan. “Mari kita jadikan EFT sebagai pintu masuk menuju transformasi kebijakan yang lebih manusiawi, adil dan lestari,” tutup Aos.

Sesi diskusi dipandu oleh Moderator/ Sekretaris Program Studi Administrasi Publik Khoirul Abror Ad-Dluha Ghoni, S.A.P., M.A.P. menghadirkan tiga narasumber utama yaitu Ketua Program Studi Administrasi Publik Dr. Bhakti Nur Avianto, S.I.P., M.Si., Achmad Taufik dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pendanaan Ekologis dan Program Assistant  Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Nurul Tanjung. (*DMS)