
SAMARINDA (UNAS) – Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Universitas Nasional (UNAS), Dr. Erna Ermawati Chotim, M.Si., mendorong penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan daerah melalui pendidikan tinggi, khususnya di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Hal ini ia sampaikan dalam Dialog Nasional Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan yang digelar Kementerian Pendidikan bersama Komisi X DPR RI, Sabtu (24/5), di Hotel Mercure, Samarinda, Kalimantan Timur.
Kegiatan tersebut menghadirkan berbagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan, seperti pemerintah daerah, akademisi, hingga praktisi. Forum ini menjadi ruang diskusi strategis dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan nasional secara merata.
“Penguatan kapasitas SDM melalui pendidikan tinggi sangat penting untuk meningkatkan nilai guna bagi pembangunan daerah,” ujar Erna dalam paparannya. Ia juga menyoroti kesenjangan akses, fasilitas, dan kualitas pendidikan di wilayah 3T sebagai tantangan utama yang harus segera diatasi.
Erna mengusulkan sejumlah strategi, antara lain penguatan pendidikan di desa, implementasi Program Kampus Merdeka di wilayah 3T, serta perluasan akses beasiswa dan pelatihan keterampilan. Ia juga memaparkan tujuh pilar penguatan SDM yang mencakup pendidikan dan pengembangan diri, jaringan sosial, karakter dan pola pikir, perencanaan, adaptabilitas, keseimbangan hidup, serta kontribusi hidup.
Pemerintah Perkenalkan Tes Kemampuan Akademik Nasional
Acara ini dibuka oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Prof. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc., yang menyampaikan komitmen pemerintah untuk menghadirkan sistem evaluasi pendidikan yang lebih adil dan objektif. Salah satu bentuk konkret dari upaya tersebut adalah diperkenalkannya Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai alat ukur nasional yang tidak menentukan kelulusan, namun menjadi pertimbangan seleksi pendidikan lanjutan.
Irsyad Zamjani, Ph.D., Kepala Pusat Standar Kebijakan Pendidikan, menjelaskan bahwa TKA bertujuan melengkapi sistem penilaian yang ada serta mendorong perubahan paradigma evaluasi pendidikan.
Reformasi Evaluasi dan Tantangan Skor PISA
Dalam sesi lain, Ketua Komisi X DPR RI, Dr. Hetifah Sjaifudian, MPP., menyoroti perlunya reformasi menyeluruh dalam sistem evaluasi pendidikan nasional. Ia menyampaikan bahwa skor Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) mengalami penurunan dari 2009 hingga 2022, terutama dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains.
“Rata-rata kemampuan siswa Indonesia masih berada di level 1. Ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa kita,” jelas Hetifah.
UNAS Hadirkan Praktisi Muda dalam Sesi Berbagi
Menutup rangkaian kegiatan, diadakan sesi berbagi inspiratif dari praktisi pendidikan dan akademisi muda, termasuk dari UNAS. Hadir dalam sesi ini antara lain:
- Atikah Dinarti, S.E., M.B.A. – Tenaga Ahli Ketua Komisi X DPR RI
- Khoirul Abror Ad-Dluha Ghoni, S.A.P., M.A.P. – Sekretaris Prodi Administrasi Publik UNAS
- Nur Wahidin, S.Kep., M.M., C.P.S. – Kepala Bagian Pelayanan dan Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru UNAS
Forum ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan sistem pendidikan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan demi pembangunan bangsa yang lebih merata.