Jakarta (UNAS) – Dalam rangka memperingati Asian Waterbird Census (AWC), Biological Bird Club (BBC) Ardea Fakultas Biologi Universitas Nasional dengan para aktivis lingkungan menyelenggarakan Talkshow Asian Waterbird Census (AWC) 2020 yang bertajuk “Effect of Climate Changes on Waterbird”. Pada Sabtu (1/2) di Ruang Seminar Lantai 3 Menara 1 Unas.
Kegiatan talkshow ini di ikuti oleh 43 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang. Dengan menggandeng Ady Kristanto dari Fauna & Flora International Indonesia Programme, Tatang Mitra Setia dari Universitas Nasional dan Ronna Saab dari Go Indonesia Tours sebagai narasumber. Kegiatan talkshow ini mengangkat topik seputar burung air, pengaruh perubahan iklim terhadapnya serta pemanfaatan burung air sebagai objek ekowisata.
“Keikutsertaan BBC Ardea dalam kegiatan tahunan ini bertujuan untuk mewujudkan peran serta dalam konservasi burung air dan lahan basah sebagai habitatnya serta menghasilkan data mengenai status populasi burung air yang diharapkan dapat berguna dalam upaya konservasi. kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun kepedulian masyarakat dan generasi muda terhadap upaya perlindungan dan pelestarian secara berkelanjutan bagi kehidupan populasi burung air sekitar,” ujar Pembina BBC Ardea Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si.
Lebih lanjut, Tatang menjelaskan bahwa kemungkinan pengaruh dari perubahan iklim yang terjadi akan terasa nyata pada golongan burung merandai. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan terjadinya Fluktuasi ketinggian permukaan air pada lahan basah sehingga akan memengaruhi perilaku burung merandai yang membutuhkan pijakan dalam kegiatan mencari makan.
“Kemungkinan pengaruh terkecil akan dirasakan oleh golongan burung perenang,” jelasnya.
Asian Waterbird Census merupakan bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang bersifat global, yang dilakukan rutin setiap minggu ke dua dan ke tiga Januari setiap tahunnya. Kegiatan ini menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung-air serta lahan basah sebagai habitatnya.
Rangkaian kegiatan AWC 2020 dimulai dengan pengamatan burung air pada 18 Januari 2020 di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk. Pengamatan yang diikut oleh 17 pengamat burung tersebut dilakukan untuk menghasilkan data sensus populasi burung air di lokasi setempat yang kemudian dikirim ke pihak Wetlands International Indonesia untuk diverifikasi lebih lanjut.
“Dengan melakukan pengamatan, diharapkan pengamat dapat melihat secara langsung habitat burung air serta pengaruh dari adanya perubahan iklim yang secara nampak datang melalui fluktuasi ketinggian permukaan air akibat frekuensi hujan yang tidak menentu,” ungkap Tatang.
Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan Go Indonesia Tours Ronna Saab mengatakan Indonesia masih memiliki puluhan birding site yang belum dijelajahi. Ia pun mengajak untuk melakukan pengamatan terhadap burung. “Giatlah melakukan pengamatan burung mengingat masih banyaknya birding site dengan beragam keunikan yang belum dijelajahi,” imbuhnya. (*DMS)