
Jakarta (UNAS) -Di tengah riuh tawa, semangat muda, dan aroma wangi kopi kekinian yang menggoda hidung, Aula Blok A Lantai 4 Universitas Nasional (UNAS) pada Selasa (15/7/2025) berubah menjadi pasar ide pasar harapan. Di sanalah para mahasiswa dari berbagai program studi berkumpul, bukan sebagai pencari kerja, melainkan sebagai pencipta peluang. Mereka membawa mimpi, kerja keras, dan produk inovatif dalam rangkaian Entrepreneur Expo 2025, sebuah acara tahunan yang digelar oleh Unit Pelaksana Teknis Wirausaha Mahasiswa (UPTWM) UNAS.
Dengan mengusung tema “Innovate, Elevate, Create: Membangun Generasi Wirausaha Masa Depan” expo ini bukan sekadar tugas akhir mata kuliah Kewirausahaan. Ini adalah panggung pembuktian bahwa mahasiswa bukan hanya penikmat teori, tetapi pelaku nyata dalam menciptakan solusi bagi pasar yang terus berkembang.
“Masa depan bukan tentang nanti, tapi tentang apa yang kita mulai hari ini,” ucap Kepala UPTWM UNAS Dr. Ir. Farida, M.M., saat membuka acara.
Ungkapan itu seolah menjadi napas dari setiap stand yang berdiri di Aula. Ada yang menjual banana chips dengan branding kekinian, ada pula yang memperkenalkan platform digital untuk jasa desain grafis. Di antara mereka, terselip seorang mahasiswa teknik yang menawarkan tote bag berbahan limbah kain perca, dan seorang mahasiswi Sastra yang menciptakan minuman herbal kekinian berbasis resep tradisional keluarganya.
“Ini bukan sekadar presentasi produk, expo ini adalah bagaimana mahasiswa belajar membaca kebutuhan pasar, mengkomunikasikan nilai produk, dan tentu saja berinovasi di tengah persaingan,” lanjut Dr. Farida.
Hal serupa disampaikan oleh Dr. Drs. Suadi Sapta Putra, M.Si.M., Direktur Inkubator Wirausaha Mandiri UNAS, yang hadir memberikan semangat. Baginya, batas antar disiplin dalam dunia bisnis seharusnya dilihat sebagai ruang kolaborasi, bukan pembatas.
“Siapa bilang hanya anak ekonomi yang bisa jadi pengusaha? Justru ide-ide terbaik datang dari lintas disiplin. Kita butuh kreativitas anak seni, ketelitian anak teknik, dan komunikasi anak sosial,” ujarnya sambil tersenyum melihat para peserta mempresentasikan booth mereka.
Setiap booth dan produk, dinilai oleh dewan juri dari kalangan dosen dan praktisi bisnis. Penilaian tak hanya pada kualitas produk, tetapi juga strategi pemasaran, potensi pengembangan, dan orisinalitas ide. Tak sedikit peserta yang memanfaatkan media sosial dan teknologi AI dalam riset dan promosi produk mereka.
Entrepreneur Expo bukan hanya tentang produk. Ia adalah cerita tentang keberanian mencoba, tentang belajar gagal dan bangkit, tentang merajut impian dengan tindakan. Di tengah tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif, UNAS membekali mahasiswanya tidak hanya dengan ijazah, tetapi dengan mentalitas pencipta.
Sementara itu, bagi mahasiswa, expo ini adalah lebih dari sekadar nilai mata kuliah. Ini adalah batu loncatan, ruang eksplorasi awal sebelum mereka benar-benar terjun ke dunia wirausaha yang sesungguhnya. Beberapa bahkan telah menjual produk mereka secara daring sejak awal semester. Ada yang sudah memiliki pelanggan tetap, dan tak jarang pula yang telah menjalin kerja sama kecil dengan kafe atau marketplace lokal.
Ditemui di sela-sela acara, Agustin Rahayu mahasiswa Program studi Hukum yang pada kegiatan expo ini membawa brand cookies rumahan dengan kemasan estetik, mengisahkan bahwa kecintaannya membuat kue yang awalnya hanya hobi rumahan kini berubah menjadi peluang bisnis. Melalui perkuliahan kewirausahaan, ia mulai memahami pentingnya branding dan digital marketing, hingga akhirnya memberanikan diri menjual produknya secara daring dengan kemasan estetik yang mencerminkan identitas brand miliknya. (*DMS)