Logo MPR

Dalam sambutannya, Wakil Dekan FEB menyampaikan apresiasi atas kehadiran Lo Kheng Hong. Ia menuturkan bahwa ini merupakan kali ketiga sang investor hadir di UNAS, setelah sebelumnya menjadi narasumber dalam kuliah umum dan peresmian Galeri Investasi FEB. Ia berharap kegiatan ini dapat memperluas wawasan mahasiswa mengenai pasar modal, strategi investasi, dan dinamika keuangan modern yang semakin kompleks.

Sebagai narasumber, Lo Kheng Hong memulai pemaparan dengan menceritakan perjalanan awal kariernya yang penuh keterbatasan. Ia mengungkapkan bahwa latar belakang ekonomi tidak menghalangi tekadnya untuk melanjutkan pendidikan.
“Ketika saya tamat SMA, orang tua saya tidak punya uang untuk membiayai kuliah. Karena itu saya bekerja di bank sambil kuliah malam di Universitas Nasional,” ujarnya.

Menanggapi tema seasonal market fears, Lo Kheng Hong menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menerima informasi, terutama di era digital yang dipenuhi konten tidak tervalidasi.
“Media sangat memengaruhi keputusan investasi, tetapi kita harus bisa membedakan mana berita yang benar dan mana yang menyesatkan,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan agar investor pemula tidak mudah terpengaruh oleh rekomendasi yang tidak kredibel.
“Jangan berinvestasi karena mendengar influencer atau tukang pom-pom. Kita bisa rugi jika mereka mempromosikan saham yang jelek dan mahal,” ujarnya.

Dalam materi selanjutnya, ia menegaskan bahwa strategi investasi yang sehat harus kembali pada fundamental perusahaan.
“Supaya berani berinvestasi, kita harus tahu apa yang kita beli. Jangan membeli kucing dalam karung,” jelasnya sambil menekankan pentingnya memahami laporan keuangan, valuasi, dan kinerja perusahaan.

Lo Kheng Hong juga membagikan pengalamannya menghadapi beberapa krisis besar, mulai dari krisis 1998, krisis global 2008, hingga pandemi 2020. Menurutnya, masa krisis justru menjadi peluang terbesar bagi investor.
“Always invest in bad time. Justru di masa semua orang takut, saham bagus bisa dibeli dengan harga diskon besar,” ujarnya.

Ia kembali menekankan pentingnya investasi jangka panjang.
“Uang besar itu hanya didapat dari tidur yang panjang. Investasi jangka panjang adalah kunci kekayaan,” katanya.

Dalam memotret kondisi pasar modal Indonesia, Lo Kheng Hong menyampaikan optimismenya terhadap proyeksi IHSG hingga tahun 2026. Ia yakin pertumbuhan jangka panjang pasar modal akan terus berlanjut seiring dengan kinerja perusahaan publik yang stabil.
“Saya optimis pasar modal Indonesia akan terus tumbuh. Karena itu lebih dari 99 persen kekayaan saya saya tempatkan di saham,” tegasnya.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif yang diikuti dengan antusias oleh para peserta. Mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait volatilitas pasar, prospek sektor unggulan, hingga risiko platform digital dalam berinvestasi. Jawaban Lo Kheng Hong yang lugas dan penuh pengalaman memberikan sudut pandang baru mengenai dunia investasi yang rasional dan berbasis data.

Melalui kegiatan ini, UNAS kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan literasi keuangan dan memperluas wawasan mahasiswa terkait investasi modern. Talk show ini menjadi salah satu rangkaian penting dalam UNAS Festival 2025 yang bertujuan mendukung pengembangan kompetensi akademik dan kesiapan generasi muda menghadapi tantangan ekonomi global. (DMS)