Logo MPR

Jakarta (UNAS) – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nasional (UNAS) bersama The Reform Initiatives (TRI) Indonesia menggelar seminar bertema “Membangun Harmoni yang Produktif antara Pekerja Asing-Domestik dan Masyarakat Lokal: Tantangan, Kesempatan, dan Kebijakan Investasi Hilirisasi di Indonesia” pada Kamis (12/12). Acara yang berlangsung di Ruang Seminar Menara UNAS Lantai 3 ini membahas isu strategis terkait hilirisasi di Indonesia, dengan melibatkan akademisi, peneliti, dan pembuat kebijakan.

Wakil Rektor II UNAS, Prof. Dr. Drs. Eko Sugiyanto, M.Si., menekankan pentingnya hasil riset ini untuk menciptakan sinergi antara pekerja asing, domestik, dan masyarakat lokal. “Kebijakan hilirisasi tidak hanya soal investasi, tetapi juga bagaimana membangun harmoni antara semua pihak yang terlibat agar proses ini berjalan optimal,” jelasnya.

Direktur Eksekutif TRI Indonesia, Hadi Prayitno, menambahkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memahami tantangan dan peluang dalam hilirisasi industri. “Riset ini fokus pada dampak sosial dan ekonomi dari hilirisasi terhadap masyarakat lokal, terutama di wilayah yang menjadi pusat investasi asing,” ujarnya. Ketua Tim Peneliti TRI Indonesia, Dr. Unggul Heriqbaldi, S.E., M.Si., M.App.Ec., memaparkan bahwa hilirisasi di Konawe, Sulawesi Tenggara, dan Batam, Kepulauan Riau, menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan ekonomi lokal. Di Konawe, proyek smelter nikel telah menciptakan lebih dari 26.000 lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hingga 22,52%. Namun, ia juga mencatat tantangan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil bersertifikat.

“Perusahaan perlu berkolaborasi dengan perguruan tinggi lokal untuk melatih tenaga kerja melalui pendidikan vokasi. Ini penting untuk memenuhi kebutuhan industri sekaligus meningkatkan kompetensi warga lokal,” jelasnya. Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA., Ph.D., menyoroti pentingnya memastikan tenaga kerja lokal tidak hanya mengisi posisi non-strategis. “Hilirisasi pertambangan harus inklusif dan memberi kesempatan kepada tenaga kerja lokal untuk mengisi posisi strategis. Pendidikan, pelatihan, dan transfer teknologi menjadi kunci dalam mencapai hal ini,” tegasnya.

Anwar juga mengingatkan bahwa perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib melakukan pendampingan bagi warga lokal untuk memastikan transfer pengetahuan. Dekan FEB UNAS, Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M., menyarankan adanya penguatan manajemen rekrutmen dan seleksi tenaga kerja lokal. “Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah penempatan tenaga kerja, manajemen perekrutan, transfer pengetahuan, dan sistem remunerasi. Strategi ini dapat mendorong hilirisasi menjadi lebih inklusif,” katanya.

Riset ini merupakan kolaborasi TRI Indonesia dengan konsorsium yang melibatkan Binus University, The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), FEB Universitas Brawijaya, dan FEB Universitas Indonesia. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan pengambilan kebijakan yang lebih inklusif dalam mengembangkan hilirisasi industri di Indonesia.

Seminar ini mendapat apresiasi besar dari peserta karena memberikan wawasan mendalam tentang peran hilirisasi dalam meningkatkan ekonomi lokal sekaligus menghadapi tantangan sosial. Dengan adanya sinergi yang baik antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, diharapkan hilirisasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. (MPR)