Jakarta (Unas) – Hanya dalam waktu satu abad saja, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat akibat dari aktivitas manusia. Perubahan iklim yang cepat juga menghasilkan dampak luas pada ekosistem di seluruh dunia, termasuk primata Indonesia. Sadar akan hal tersebut, Centre for Sustainable Energy and Resources Management Universitas Nasional (CSERM Unas) mengulas strategi dan konservasi guna melindungi primata sekaligus memerangi perubahan iklim, melalui simposium Indonesia Primate Consevation and Climate Change, di Grand Ballroom LIPI, Gedung LIPI, Jakarta, Kamis (9/01/2020).
“Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang interaksi potensial dari perubahan iklim dan ekologi primata Indonesia dan untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang program-program perubahan iklim Indonesia,” ujar Direktur CSERM Universitas Nasional, Dr. Sugardjito dalam kesempatan yang sama.

Rangkaian simposium semi-tahunan tentang perubahan iklim dan ekosistem Indonesia ini mengambil tema “Perspektif tentang Dampak Potensial Perubahan Iklim yang Cepat terhadap Primata di Indonesia.” Simposium ini juga menggerakan pengembangan restorasi hutan tropis karena pentingnya tidak hanya sebagai habitat bagi primata dan spesies lainnya, tapi juga karena perannya dalam menyerap karbon dioksida dan memoderasi dampak perubahan iklim. Oleh sebab itu, butuh pendekatan untuk pengumpulan pengetahuan, yang melibatkan berbagai pihak termasuk akademisi, swasta dan publik. Topik yang dibahas dalam simposium meliputi prediksi perubahan iklim di Indonesia, serta topik lain seperti pengaruh perubahan iklim pada penyerbuk, penyebar biji, fisiologi/ energi dan ekologi primata Indonesia serta perubahan iklim dan kaitannya pada konflik penggunaan lahan dengan primata di Indonesia.

Kegiatan ini disambut baik oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama Universitas Nasional, Prof. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. Kegiatan simposium yang merupakan rangkaian Dies Natalis Universitas Nasional ke-70 tahun ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih baik dalam mengelola dan melestarikan ekosistem yang mendukung guna menghadapi perubahan iklim yang sangat cepat ini.

‘’Kita harus sadari, perubahan iklim merupakan tantangan terbesar bagi umat manusia yang sudah jelas terlihat di berbagai belahan bumi. Melalui simposium ini, kita dapat lebih memahami program perubahan iklim di Indonesia dan juga mempromosikan penelitian primata dan ekosistem yang dapat mendorong jejaring dan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan,’’ paparnya.

Simposium dihadiri oleh para ahli biologi konservasi dan ilmuwan lingkungan, seperti Prof. Dr. Jatna Supriatna dari Research Center for Climate Change, Universitas Indonesia sebagai Keynote Speaker. Prof Jatna membahas mengenai “Prediksi untuk perubahan iklim di Indonesia, dengan referensi khusus untuk habitat primata hutan tropis di Kalimantan dan Sumatra”.

“Saat ini Indonesia penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia. Penggerak utama emisi adalah efek gabungan dari Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan lahan lainnya (44%) dan pembangkit energi (37%),” jelasnya.

Sementara itu, pembicara lain, Gusti Zakaria Anshari dari Universitas Tanjung Pura, Pontianak, mengatakan, selain pengeringan rawa dan hutan gambut Indonesia yang luas sebagai akibat perubahan penggunaan lahan telah menghasilkan peningkatan emisi gas rumah kaca. “Jika tidak dimonitor perubahan iklim dan faktor-faktor penggeraknya, menghasilkan resiko signifikan bagi ekosistem hutan tropis yang mendukung primata Indonesia dan jasa lingkungan yang vital lainnya,” ujarnya melalui paparan yang berjudul Potensi pengaruh perubahan iklim terhadap konflik penggunaan lahan dengan primata Indonesia.

Melalui presentasi “Pengaruh perubahan iklim pada penyerbuk penting pada pohon hutan hujan tropis yang digunakan oleh primata di Indonesia”, Dr. Rosichon Ubaidillah dari Museum Zoologi Bogor Institut Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan, perubahan iklim juga kini tengah menjadi perhatian secara serius dalam dua dasawarsa terakhir di antara komunitas ilmiah.

“Berbagai penelitian telah memberi isyarat bahwa perubahan iklim berdampak pada meningkatnya fenomena pergeseran biogeografis, ketidakcocokan tanaman berbunga dan penyerbuknya dan mungkin meningkat hingga tingkat kepunahan biodiversity,” jelasnya.

Beberapa narasumber dari bidang studi lain turut hadir dalam simposium ini. Mereka menyajikan tinjauan perspektif tentang perubahan iklim yang cepat dan dapat berdampak pada primata Indonesia, padahal dampak ini juga dapat diatasi. Simposium juga dihadiri oleh narasumber luar negeri, yaitu:

1. Susan Cheyne. University of Oxford Brookes, Oxford, Inggris Raya, dengan topik Pengaruh perubahan iklim terhadap penyebar benih penting pohon hutan hujan tropis yang digunakan oleh primata di Indonesia.

2. Dr. Erin Vogel. Universitas Rutgers, New Jersey USA, dengan topik Pengaruh perubahan iklim terhadap fisiologi / energi dan ekologi primata Indonesia. Pembicaraan akan mencakup pertimbangan interaksi antara kesehatan orangutan dan dampak perubahan iklim.