Jakarta (UNAS) – Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Jenis umbi-umbian ini tengah marak dibicarakan oleh masyarakat. Pasalnya, umbi jenis ini banyak dicari di pasaran luar negeri, seperti Jepang dan Korea. Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik dan obat.

Melihat kesempatan ini, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nasional Dr. Ir. Kisroh Swiyono, M.Si yang juga merupakan anggota dari Asosiasi Pemberdaya Porang Nasional Indonesia (ASPEPORIN) mengadakan seminar nasional dengan judul 2020 “Prospek Bisnis Porang Dalam Era Disrupsi 21” di Gedung Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Sabtu (14/3).

Pada seminar nasional ini, Kisroh menyampaikan mengenai penanganan porang pasca panen. “Sebelum menjadi tepung, setelah panen umbi porang harus di observasi berdasarkan mutunya, jadi mutu itu mutu cacat dari fisik maupun mutu cacat dari biologisnya,” jelasnya.

“kemudian, setelah dipilih mutu yang bagus ada pencucian dan setelah itu bisa dilakukan perajangan (pemotongan) yang menggunakan ketebatan antara 6-10mm. Setelah melalui tahap itu selanjutnya akan dilakukan penjemuran bisa dengan oven maupun widek (red: anyaman bambu berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk menjemur bahan rajangan) sampe menghasilkan kadar air anatara 10-12%. Baru akan menjadi chips dan setelah kering akan menjadi tepung dengan menggunakan hummer mill atau mesin penghalus.” Tambah Kisroh.

Selain seminar nasional, tepat pada tanggal 14 Maret 2020 juga ditetapkan sebagai hari Porang Nasional yang juga diresmikan oleh Ir. Amirudin Pohan, M.Si selaku Direktur Aneka Kacang dan Umbi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.

Kisroh berharap dengan adanya seminar ini, bisa memberikan ilmu untuk petani guna memberdayakan umbi porang. “Dengan seminar nasional ini saya harap bisa ilmunya bisa diserap dan digunakan untuk mensejahterakan para petani dan lebih mendunia dan bisa dijadikan andalan buat eksportnya” tuturnya.

Manfaat porang sendiri banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain itu juga untuk pembuatan lem dan “jelly” yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang. Produk olahannya juga makin diburu oleh konsumen generasi milenial karena manfaatnya untuk diet keto yang luar biasa di dalam negeri maupun manca negara.

Pada kesempatan yang sama, seminar yang di hadiri oleh beberapa pengurus ASPEPORIN ini juga dilakukan pelantikan kepengurusan di masing- masing daerah. (*TIN)