Jakarta (Unas) – Dosen Pertanian Universitas Nasional (Unas), Ir. Etty Hesthiati, M.Si. olah buah lokal alkesah menjadi dessert kekinian. Alkesah sendiri merupakan salah satu jenis buah yang keberadaannya sudah mulai langka, dan tergolong belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Buah Alkesah selama ini belum banyak diolah dan dikonsumsi. Sementara keberadaannya sudah mulai langka. Akhirnya saya memiliki ide untuk mengolah buah ini menjadi sebuah dessert kekinian yang sedang trend di kalangan anak muda,” ujarnya saat di wawancarai oleh Humas Unas di laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Unas, Rabu (14/10).
Dessert ini diolah dengan menggunakan bahan-bahan alami yang dibagi menjadi varian nabati dan hewani. Etty juga menjelaskan, proses pembuatannya pun dimulai dengan memilih daging buah alkesah yang matang penuh, kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bahan-bahan lainnya.
“Kami buat dua varian, sekarang kan lifestylenya vegetarian, jadi yang nabati kami pakai campuran susu kedelai dan pisang sebagai pengganti telur, juga brownies bikinan sendiri sebagai toppingnya. Sementara kalau yang hewani pakai susu dan gula,” tuturnya.
Di samping rasanya yang manis, tambah Etty, buah dengan nama latin Pouteria campechiana ini juga memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Buah ini mengandung nutrisi yang baik seperti vitamin A, vitamin C, kalium, kalsium, dan serat yang tinggi.
“Dengan kandungan nutrisinya itu maka buah ini juga baik untuk kesehatan seperti menurunkan kadar gula, menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, dan lain-lain,” jelasnya.
Buah alkesah di Indonesia biasanya langsung dimakan setelah matang. Menurut Etty, buah langka ini tumbuhnya musiman di beberapa wilayah. “Sebenarnya karena buah ini tumbuhnya masiman, jadi ada sedikit kendala saat akan dipasarkan kedepannya. Namun, karena langkanya inilah justru harus dimanfaatkan dan dikenalkan ke orang banyak,” katanya.
Etty melanjutkan, dessert buah alkesah tersebut merupakan bagian dari penelitiannya bersama mahasiswa semester akhir Fakultas Pertanian Unas yakni Nurul Hanifah, Dena Anggari, dan Yohanes Gunaldi Sion Nangu. Penelitian ini pun sedang di uji sebelum dapat dipasarkan ke masyarakat luas.(RIN)