
Jakarta (UNAS) – Di tengah era digital yang terus berkembang, saat dunia bergerak cepat dengan teknologi dan hiburan modern, mahasiswa Universitas Nasional (UNAS) justru memilih menoleh ke belakang, yaitu melihat akar budaya yang mulai terpinggirkan. Lewat video pendek berdurasi satu menit, tiga mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAS berhasil mengangkat kisah tersembunyi dari dunia pewayangan, dan membawa pulang penghargaan sebagai Juara Favorit 2 dalam sebuah ajang lomba video nasional.
Mereka adalah Nazma, Dimas, dan Ikhsan, tiga mahasiswa yang belum lama ini mengukir prestasi lewat karya berjudul “Dibalik Bayang: Kisah Tersembunyi Wayang”. Karya ini tidak hanya menyoroti nilai-nilai budaya, tetapi juga menjadi bukti kolaborasi lintas minat, semangat belajar, dan kecintaan terhadap warisan leluhur yang dikemas dengan pendekatan visual modern.
Dimas selaku Anggota tim berbagi pengalamannya kepada Humas UNAS, Jumat, (18/7/2025).Baginya, ini adalah pengalaman yang sangat berarti. “Sejujurnya saya cukup senang, apalagi ini adalah first time saya ikut lomba. Jadi saya merasa cukup bangga sekali,” ujarnya. Tak disangka, dari pengalaman pertamanya itulah ia langsung berhasil menyumbangkan prestasi untuk kampusnya.
Namun di balik pencapaian itu, proses produksi video bukanlah hal yang mudah. Meskipun durasinya hanya satu menit, Dimas mengakui bahwa revisi demi revisi kerap kali datang. “Waktunya memang singkat, tapi revisinya banyak. Belum lagi harus bagi waktu sama tugas-tugas kuliah. Kadang harus tunggu mood juga buat ngedit,” ujar mahasiswa program studi Sosiologi itu.
Ia juga menyebut peran penting Nazma selaku Ketua tim yang terus memberikan masukan pada hasil editannya. Terkait dengan ide gagasan, Dimas mengungkapkan bahwa gagasan awal video ini berasal dari Kepala Lab Multimedia. Menurut Dimas, tema wayang dipilih karena kegelisahan bersama akan budaya yang kian dilupakan. “Anak muda sekarang terlalu fokus mengejar kehidupan sehari-hari lewat teknologi, sampai budaya sendiri dilupakan,” katanya.
Pesan utama dari karya ini adalah ajakan untuk kembali melihat dan merawat budaya warisan bangsa. “Kita ingin mengajak orang-orang, khususnya generasi muda, untuk melestarikan budaya kita seperti wayang. Sesuai dengan judulnya, ‘Dibalik Bayang’ itu menggambarkan bahwa di balik bayangan wayang, ada kisah dan nilai yang harus kita pertahankan,” jelasnya.
Sementara itu,Nazma mengungkapkan bahwa keberhasilan mereka tak lepas dari peran para dosen yang terus memberikan dukungan, mulai dari proses awal hingga pengumuman pemenang. “Pak Tyo sebagai Sekprodi dan Pak Agus Salim benar-benar mendampingi kami. Mereka kasih dukungan dari awal, dan setelah video kami masuk nominasi favorit, mereka juga ikut bangga dan mengapresiasi,” ujar Perempuan 19 tahun itu.
Apresiasi ini terasa istimewa karena bagi ketiganya, ini adalah ajang lomba pertama yang diikuti. Mereka tidak hanya membawa pulang penghargaan, tetapi juga membawa pulang pengalaman berharga dan rasa percaya diri untuk terus berkarya. “Saya bersyukur bisa ikut tim ini. Kami jadi lebih dekat dan bisa bekerja sama dengan baik,” tambah Nazma.
Dalam kesempatan yang sama, Ikhsan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi kelahiran Bekasi 18 Agustus 2004 yang bertanggung jawab dalam proses pengembangan ide dan skrip, bercerita bahwa ketertarikannya pada videografi muncul ketika ia bergabung dalam lingkungan yang mendukung kreativitas. “Saya tertarik belajar videografi karena dikelilingi orang-orang yang punya minat sama. Itu memotivasi saya untuk mendalami bidang ini,” tuturnya.
Dalam proses pengerjaan video, Ikhsan memanfaatkan waktu kosong di antara jadwal kuliah. “Saya membagi waktu dengan meluangkan kegiatan yang bisa mengembangkan kreativitas, jadi waktu kosong terasa lebih bermanfaat,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya pola pikir dalam mencapai hasil terbaik. “Saya percaya bahwa waktu adalah emas. Semua orang punya 24 jam, tapi hasilnya bisa beda tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Saya juga mulai mengubah mindset untuk selalu optimis dan terus berkembang,” ujarnya.
Kemenangan ini tidak hanya menjadi akhir dari satu perjalanan, tapi juga awal dari rencana-rencana ke depan. Ketiganya sepakat bahwa dunia kreatif adalah bidang yang ingin mereka dalami lebih serius. “Saya ingin terus mengembangkan kemampuan di bidang videografi dan produksi kreatif, terutama yang bisa membawa dampak positif,” kata Nazma.
Harapan mereka sederhana tapi kuat: agar karya-karya selanjutnya bisa terus mengharumkan nama kampus, dan tentu saja, memperkenalkan budaya Indonesia dalam format yang lebih segar dan dekat dengan generasi muda.
Melalui video ‘Dibalik Bayang’, mereka membuktikan bahwa di tengah gempuran teknologi, budaya tidak harus tersisih. Justru lewat media digital, nilai-nilai tradisi bisa hidup kembali selama ada generasi muda yang peduli dan kreatif seperti mereka. (*DMS)