
Jakarta (UNAS) – Program Studi S1 dan S2 Biologi Universitas Nasional (UNAS) kembali menunjukkan komitmennya dalam isu konservasi global melalui penyelenggaraan kuliah tamu internasional bertajuk “Memahami Bagaimana Orangutan yang Terancam Punah Merespons Gangguan Habitat”, yang digelar pada Jumat, (25/7) di Zoology Lab, Kampus Bambu Kuning UNAS.
Acara ini menghadirkan Bryan Joshua Eichen, peneliti muda asal Amerika Serikat dan penerima beasiswa Fulbright, yang secara aktif meneliti perilaku orangutan di Kalimantan Tengah.
Dalam paparannya, Bryan mengungkap hasil riset terbaru terkait bagaimana kebakaran hutan berdampak langsung pada perilaku dan pola makan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di kawasan Konservasi Mawas (KKK) seluas 365.000 hektar.
“Kebakaran hutan di Mawas bukan sekadar bencana ekologi, tetapi juga mengubah cara orangutan hidup dan bertahan. Studi kami berusaha mengkaji dampak jangka panjang terhadap spesies ini, terutama dalam konteks perubahan iklim dan pengelolaan lahan gambut,” jelas Bryan di hadapan puluhan peserta.
Kuliah tamu ini merupakan hasil kerja sama antara UNAS, Universitas Rutgers (Amerika Serikat), dan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), yang selama lebih dari dua dekade telah berkolaborasi membangun Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan (TORS) di jantung Kawasan Konservasi Mawas. Bryan merupakan bagian dari tim riset gabungan yang terjun langsung ke lapangan.
Moderator acara, Astri Zulfa, S.Si., M.Si., dosen Biologi UNAS, menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan wawasan nyata kepada mahasiswa tentang riset konservasi yang dilakukan secara multidisipliner dan Internasional.
“Materi ini tidak hanya memperkaya pemahaman mahasiswa tentang lingkungan hidup, tetapi juga memberi mereka gambaran konkret tentang bagaimana kolaborasi Internasional bekerja di lapangan,” ujar Astri.
Kegiatan diikuti oleh lebih dari 50 peserta, terdiri dari mahasiswa S1 dan S2 Biologi UNAS, baik secara onsite maupun online. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan kritis yang diajukan, mulai dari teknik pengamatan perilaku orangutan hingga cara keterlibatan masyarakat lokal dalam proses konservasi.
Kuliah tamu ini memberikan manfaat ganda bagi mahasiswa. Selain memperluas wawasan keilmuan dalam bidang ekologi dan primatologi, acara ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing, karena seluruh sesi disampaikan dalam Bahasa Inggris akademik.
“Kegiatan seperti ini sangat berharga karena memberikan kami pengalaman langsung memahami bagaimana ilmuwan internasional bekerja dalam riset konservasi. Ini menjadi motivasi agar kami juga bisa berkontribusi,” ujar salah satu mahasiswa peserta.
Dengan meningkatnya ancaman terhadap habitat alami orangutan akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia, pengetahuan berbasis riset menjadi pondasi penting dalam konservasi. UNAS melalui program-program akademiknya terus mendorong mahasiswa untuk terlibat aktif dalam isu-isu lingkungan, tidak hanya melalui teori di kelas, tetapi juga lewat interaksi langsung dengan praktisi dan peneliti dunia.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa dan mendorong mereka untuk aktif dalam penelitian konservasi, serta membangun jejaring internasional sejak dini,” pungkas Koordinator Prodi Biologi UNAS.
Kuliah tamu ini menggambarkan komitmen nyata UNAS dalam mengintegrasikan teori dan praktik secara seimbang, sekaligus mempertegas perannya sebagai bagian dari masyarakat ilmiah global yang peduli terhadap isu lingkungan dan konservasi. (SAF)