
Jakarta (UNAS) – Universitas Nasional (UNAS) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menyelenggarakan “Ceramah Umum” bersama Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), H. Ahmad Muzani, pada Jumat, (25/7). Kegiatan yang digelar di Auditorium UNAS ini menjadi momentum penting bagi sivitas akademika untuk memperdalam wawasan mengenai nilai-nilai kebangsaan dalam bingkai persatuan Indonesia.
Kegiatan ceramah umum ini turut dihadiri oleh Ketua Pengurus Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK) Dr. Ramlan Siregar, M.Si., Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Dra. Erna Ermawati Chotim, M.Si., Wakil Rektor UNAS Bidang Administrasi Umum, Keuangan, dan SDM, Prof. Dr. Suryono Efendi, S.E., M.B.A., M.M., Dekan FISIP UNAS, Dr. Aos Yuli Firdaus, S.IP., M.Si., serta jajaran dosen dan mahasiswa FISIP UNAS.
Ketua YMIK Dr. Ramlan Siregar, M.Si., dalam sambutannya, mengatakan bahwa kegiatan ceramah umum ini dinilai penting dan patut untuk terus dikembangkan, karena dapat memperluas perspektif mahasiswa dalam memahami kehidupan kebangsaan secara lebih baik. Ia juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas kehadiran Ketua MPR RI untuk berbagi ilmu dan pandangan kebangsaan bersama sivitas akademika UNAS
“Universitas Nasional adalah universitas perjuangan, seperti yang disampaikan Presiden Soekarno. Semangat itu masih terus kami jaga hingga saat ini, termasuk lewat kegiatan seperti ini yang memperluas perspektif kebangsaan mahasiswa,” ujar Ramlan.
Dalam kesempatan ini, Ramlan turut memperkenalkan UNAS dan menekankan bahwa saat ini UNAS masuk dalam 150 perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi unggul.
Sementara itu, dalam ceramahnya, Ketua MPR RI H. Ahmad Muzani menyampaikan pentingnya persatuan dan proses politik sebagai pilar utama dalam menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa. Ia pun mengajak mahasiswa UNAS untuk meneladani semangat persatuan yang diwariskan para pendiri bangsa.
Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, ia menekankan pentingnya kesadaran akan keindonesiaan yang lahir dari semangat gotong royong dan pengorbanan antar golongan.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena kerelaan untuk bersatu. Suku Jawa saat itu rela tidak menjadikan bahasa daerahnya sebagai bahasa persatuan demi Indonesia,” ucap Muzani.
Lebih lanjut, Muzani dalam ceramahnya menegaskan bahwa bahasa merupakan alat pemersatu bangsa. Ia menjelaskan bahwa bahasa Indonesia memang berasal dari rumpun Melayu, namun telah berkembang pesat dengan menyerap berbagai unsur bahasa asing dan daerah. “Bahasa Indonesia bukan lagi sekadar bahasa Melayu. Ia telah menjadi bahasa yang mempersatukan seluruh suku, etnis, dan budaya di Indonesia,” katanya.
Ia juga menyoroti pengakuan dunia terhadap bahasa Indonesia. “UNESCO telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai salah satu dari 10 bahasa internasional terpenting. Saat itu ada yang memprotes karena mengira ini hanya bahasa Melayu. Tapi itu keliru, karena bahasa Indonesia sudah menjadi milik seluruh rakyat Indonesia,” tambahnya.
Selain Bahasa, Muzani juga menyoroti pentingnya peran politik dalam menjaga keutuhan negara. Menurutnya, berbagai krisis dan ancaman bangsa di masa lalu, hanya bisa diatasi melalui jalan politik dan persatuan.
“Proses politik adalah jalan untuk mempercepat tercapainya cita-cita proklamasi. Politik bukan sesuatu yang harus dihindari, tetapi sesuatu yang harus kita maknai dan gunakan untuk kemaslahatan bangsa,” ujar Muzani.
Muzani juga menyampaikan harapan agar generasi muda, termasuk mahasiswa UNAS, dapat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan. “Saya berdoa dan berharap, di antara mahasiswa yang hadir hari ini, ada yang kelak akan memimpin Indonesia,” pungkasnya disambut tepuk tangan hadirin.
Ketua MPR RI juga mengajak mahasiswa UNAS untuk tidak malu terlibat dalam diskusi dan proses politik, karena masa depan bangsa berada di tangan generasi muda. “Itu ditentukan oleh bagaimana kalian belajar, berdiskusi, dan menempa diri hari ini,” ungkapnya.
Sebelum menutup pidatonya, ia menyampaikan bahwa menjaga persatuan membutuhkan keikhlasan, pengorbanan, dan kedewasaan. Karena menurutnya, hanya dengan sikap tersebut perbedaan dapat diatasi dan kebersamaan terjaga, sehingga Indonesia tetap menjadi bangsa yang besar.
Dekan FISIP UNAS, Dr. Aos Yuli Firdaus, S.IP., M.Si., mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ceramah umum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa mengenai pola komunikasi antar lembaga negara, khususnya antara MPR, DPR dan DPD.
Menurutnya, dinamika komunikasi antar lembaga tersebut kerap menjadi perhatian publik karena sering kali memunculkan ketegangan atau miskomunikasi yang berdampak pada efektivitas tata kelola pemerintahan.
Ia berharap melalui kehadiran Ketua MPR RI, para peserta dapat memperoleh penjelasan langsung mengenai situasi aktual, pola kerja sama, serta tantangan yang dihadapi dalam menciptakan komunikasi yang harmonis antar lembaga pemerintah.
“Sebagaimana kita ketahui salah satu permasalahan dalam pengelolaan sistem bernegara adalah miskomunikasi yang membawa pada disharmoni sehingga masyarakat juga yg akan menjadi korbannya,” pungkasnya. (DMS)