Jakarta (UNAS) – Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta atau Kedaireka merupakan terobosan yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) sebagai tempat bertemunya perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk berkolaborasi menciptakan beragam inovasi.
Kedaireka sendiri dapat membuat dunia usaha dan pendidikan berjalan beriringan, untuk membantu dunia industri. Platform kedaireka juga menjadi landasan terciptanya Kampus Merdeka yang mewujudkan pembelajaran otonom, fleksibel dan inovatif.
Dalam hal ini, peran perguruan tinggi sebagai pusat research and development (RnD) bagi industri untuk mengembangkan teknologi baru. Perguruan tinggi juga dapat menjadi tempat pilot project untuk reka cipta atau teknologi yang telah dibuat sebelum teknologi tersebut didistribusikan secara luas.
Dengan adanya hubungan keterkaitan antara kampus dengan dunia industri, maka akan ada keterikatan antara riset reka cipta di perguruan tinggi dengan industri yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Sehingga dampak kebermanfaatan bagi masyarakat dapat terwujud dengan semangat gotong royong inovator, industri, pemerintah, media, dan komunitas.
Dalam rangka mempersiapkan dan mendorong sumber daya manusia (SDM) untuk berpartisipasi dalam mengembangkan ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri melalui platform kedaireka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) melaksanakan workshop matching fund kedaireka di Ruang Rapat Cyber Library, Rabu (5/10).
Keikutsertaan Unas dalam kedaireka pada tahun pendanaan 2023 merupakan yang kedua kalinya. Unas pun menargetkan lebih banyak lagi proposal yang lolos dalam kedaireka.
“Mudah mudahan Unas bisa mendapatkan matching fund yang lebih banyak lagi dari tahun lalu dan mudah-mudahan proposal yang diajukan memenuhi harapan dari kedaireka”, ujar Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Unas Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., dalam sambutannya.
Pada tahun lalu Unas mengirimkan 10 proposal dalam platform kedaireka yang datang dari berbagai disiplin keilmuan yang ada di Unas. Dengan dibukanya kembali kedaireka, Prof. Erna mendorong para dosen untuk membuat proposal yang lebih inovatif dari pada tahun sebelumnya.
Ia juga mengatakan, dalam proses persiapan Universitas telah menunjuk LPPM untuk mengawal kegiatan kedaireka di Unas. “Jadi segala kesiapan pada waktu monev atau pelaksanaan dan juga evaluasi diakhir nanti akan dilakukan di LPPM. Jadi LPPM akan membantu para dosen sesuai dengan peraturan yang ada”, katanya.
Prof. Erna menyampaikan bahwa selama proses pembuatan proposal para dosen harus rutin membaca panduan dan mengikuti petunjuk dari kedaireka dengan baik. Menurutnya, hal ini agar para dosen tidak banyak melakukan kesalahan.
Dalam kegiatan ini turut menghadirkan narasumber Project Management Officer (PMO) Kedaireka Kemendikbud Ristek Andi In’amul Hasan dan Muhammad Satria dan dimoderatori oleh Ketua LPPM Unas, Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si., dan dihadiri oleh para dekan, wakil dekan, ketua pusat studi serta beberapa perwakilan dari program studi.
Dalam workshop ini narasumber memaparkan hasil kedaireka pada tahun lalu. Dikutip dari dikti.kemdikbud.go.id, total ada 5.407 proposal yang masuk, terbagi menjadi dua bagian yakni 4.761 proposal kategori perguruan tinggi (Dikti) dan 616 proposal kategori vokasi atau terapan (Diksi). Pada penyelenggaraan Matching Fund Kedaireka 2022 ini, jumlah dana kolaborasi Dikti dan Mitra DUDI meningkat sebesar 420% dari tahun 2021. Di tahun 2021 total dana kolaborasi yang terkumpul sebesar Rp2.670.107.369.726, sementara di 2022 meningkat menjadi Rp11.201.828.441.989.
Selain itu, para narasumber juga menjelaskan tentang matching fund, sistem & skema pendanaan program, tahapan dalam matching fund dan kriteria penilaian proposal. Setelah pemaparan materi acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Acara ini pun ditutup dengan foto bersama dengan para narasumber. (*DMS)