Jakarta (UNAS) – Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) memberikan sumbangan devisa dan merupakan industri padat karya yang menjadi salah satu ‘jaringan pengaman sosial’ dari sisi pendapatan penduduk. Kementerian Perdagangan memprediksi Industri TPT sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia masih sangat terdampak pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional (UNAS) menyelenggarakan Focus Group Discussion untuk mengetahui lebih mendalam permasalahan yang dialami industri TPT Indonesia dalam menyongsong kebangkitan pasar global. Mengangkat tema “Kebangkitan Industri Tekstil Indonesia”, penyelenggaraan ini juga bekerjasama dengan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan serta Public Trust Indonesia.
Kegiatan yang menambah gagasan dan keilmuan ini, turut mendapat dukungan dan apresiasi yang disampaikan oleh Wakil Dekan FISIP UNAS, Aos Yuli Firdaus, M.Si., dalam sambutannya. Diselenggarakan langsung di Hotel Harris, Jakarta Selatan dan dihadiri secara daring melalui aplikasi Zoom pada hari Kamis (1/7).
Mengundang empat narasumber dengan subtema yang saling berhubungan diantaranya terkait daya saing, tantangan dan strategi industri TPT di era pandemi Covid-19. Serta peran strategis VPTI (Verifikasi Penelurusan Teknis Impor) dalam mengendalikan impor tekstil.
Dari sudut pandang akademisi, Dosen Pascasarjana UNAS, Prof. Dr. Made Adnyana, S.E., M.M., menyampaikan bahwa daya saing industri TPT dari nilai ekspor masih bagus. Dilihat dari angka CAGR pada tahun 2019 yang sebesar 5,74%. “Artinya daya saing kita untuk pakaian yang mengunggulkan kita,” tutur Prof. Made.
Namun, Indonesia juga menunjukkan ada kecenderungan menjadi negara importir dan masih terdapat masalah-masalah yang dihadapi seperti tingginya biaya energi dan masuknya produk impor illegal. “Daya saing kita juga lemah dalam sumber daya manusia, namun untuk mode pakaian masih bagus,” tambahnya.
Hal tersebut serupa dengan tantangan yang disampaikan oleh pengamat ekonomi sekaligus Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, Dr. Mukhaer Pakkana, S.E., M.M. Ia menyampaikan bahwa Covid-19 ini sangat berdampak pada industri TPT. Kemudian terdapat masalah spesifik seperti maraknya barang impor melalui e-commerce yang berkembang di masa pandemi, beberapa negara yang melakukan penundaan kontrak dan pembayaran ekspor, dan kenaikan bahan baku impor.
Tentu diharapkan intervensi pemerintah agar proses pemulihan ekonomi bertumbuh positif sehingga industri TPT dapat pulih secara signifikan. “Sekali lagi, ini membuat masa depan industri TPT bergantung proses pemulihan atau proses kapan pandemi ini berakhir,” ujar Mukhaer.
Strategi demi strategi juga dirancang untuk membantu mempertahankan dan memulihkan industri TPT. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal Tanzil Rakhman, menuturkan perlunya ada penjaminan pasar domestik bagi industri dalam negeri, dengan cara mengendalikan impor. “Dikendalikan agar jumlah impornya seminim mungkin sehingga punya kesempatan industri dalam negeri memenuhi kebutuhan akan barang tersebut,” kata Rizal.
Selain itu juga bisa menghentikan impor yang non produktif untuk meningkatkan nilai tambah tenaga kerja agar lebih berdaya saing. Kemudian adanya penyesuaian biaya ekspor dan akses logistik serta yang paling utama adalah menciptakan demand di masyarakat.
Industri TPT Indonesia memiliki rantai industri hulu hingga hilir yang lengkap. Vice President PT. Sucofindo, Dr. Ir. Soleh Rusyadi Maryam, M.M., menguraikan dimulai dari industri serat-benang kemudian industri kain sebagai bahan baku lalu industri aksesoris sebagai bahan penolong dan diakhir adalah industri garmen. Jika rantai industri ini diperkuat tentu mampu meningkatkan perekonomian nasional.
“Kalau dibangun dari hulu ke hilir akan mempunyai dampak ekonomi yang sangat besar terhadap perekonomian nasional,” tuturnya. Peran strategis oleh PT. Sucofindo bersama Surveyor Indonesia, yang disampaikan oleh Soleh antara lain mengamankan pasar TPT dari masuknya barang impor non prosedural. Kemudian memastikan kesesuain teknis bahan baku dan bahan penolong industri TPT nasional, serta upaya peningkatan pengelolaan basis data perdagangan internasional. (*ARS)