Jakarta (UNAS) – Untuk mempersipakan kurikulum berdasarkan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), Universitas Nasional mengadakan workshop agar dapat menyelaraskan pemahaman para dosen dan pengajar mengenai kurikulum MBKM. Workshop yang dilaksanakan pada hari Selasa (27/04) membahas mengenai “Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum MBKM pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022”.
Saat memberikan sambutan dan pembukaan, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Dr. Suryono Efendi, S.E., M.B.A., M.M., menyampaikan bahwa kualitas kurikulum menjadi salah satu penentu keberhasilan transformasi pendidikan selain kualitas jurusan dan kualitas dosen/pengajar.
“Kualitas kurikulum ini akan menentukan transformasi pendidikan berhasil atau tidak. Oleh karena itu, Universitas Nasional sudah bertekad untuk memperbaiki kualitas SDM dan sistem informasi yang kita miliki sehingga nanti akan alokasikan berbagai sumber daya untuk mendukung itu,” ujar Suryono.
Kegiatan workshop ini diadakan tatap muka yang bertempat di Aula, Universitas Nasional. Dalam workshop ini, mengundang dua narasumber yang dimoderatori langsung oleh Koordinator Implementasi MBKM Universitas Nasional, Dr. Heni Jusuf, S.Kom., M.Kom. Pemateri pertama oleh Prof. Eko Kuswandono Budiarjo dari Fakultas Ilmu Komputer UI untuk menyampaikan sosialisasi MBKM dan bagaimana mengimplementasikan.
Prof. Eko menyampaikan dalam pembuatan kurikulum MBKM yang menjadi tantangan terbesar yaitu saat mengimplementasikan sehingga tidak hanya efektif di dalam kampus namun juga efektif terhadap kerja sama di luar kampus. Diharapkan seluruh penguruan tinggi dapat menerapkan program ini karena bukan semata-mata persaingan antar perguruan tinggi namun para lulusan yang akan bersaing di dunia pekerjaan yang sama. Konsep pembelajaran yang diberikan juga tidak hanya belajar di kelas tetapi juga belajar dan melihat bagaimana kondisi interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, dan lainnya yang menitik beratkan pada hard skill dan soft skill.
“Kampus Merdeka Belajar merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai kebutuhan mahasiswa. Program Merdeka Belajar memang cocok karena seseorang bisa excellent dengan caranya yang berbeda-beda. Kita bisa membuat excellent di dalam kelas, tetapi bagaimana kita bisa membuat mahasiswa kita challenge menjadi kreatif,” tutur Prof. Eko.
Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh pemateri kedua, Yulita Priyoningsih selaku Sub. Koordinator Pembelajaran Khusus Kemendikbud yang membahas bagaimana merancang kurikulum MBKM. Yulita menyampaikan jika memang ada harapan Universitas Nasional dapat mengimplementasikan walaupun masih dalam proses insiasi karena harus membangun kerja sama dengan mitra di luar kampus. Pertukaran pelajar dapat dilakukan di dalam kampus atau inter prodi dengan tujuan ketika mahasiswa belajar di luar prodinya, mereka mendapatkan ilmu yang berbeda dengan ilmu yang ada di prodi asal.
Yulita juga menambahkan bahwa, “Landasan kurikulum ini mencakup adanya university value, ada visi misi perguruan tinggi karena harapan kami ketika mahasiswa lulus dari Universitas Nasional tidak meninggalkan label Universitas Nasional-nya. Konsep itu yang bisa ditambahkan ke masing-masing program studi,” tuturnya.
Sebelum mengakhiri kegiatan, Suryono memberikan kata penutup bahwasannya setelah diadakannya workshop pada kesempatan ini tahapan selanjutnya akan dibentuk tim untuk meyempurnakan kurikulum serta mengadakan workshop implementasi kurikulum secara teknis.
“Pendampingan perlu sampai nanti selesai atau tuntas kurikulumnya, jadi betul-betul sesuai dengan ketentuan dari Dikti kemudian juga masuk kompetensi dari kita. Kurikulumnya yang benar-benar mempunyai kualitas berbasis outcome dan berbasis apa yang menjadi kompetensi dari masing-masing program studi,” jelas Suryono. (*ARS)