Logo MPR

Dalam presentasinya, Lulu menjelaskan bahwa sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca secara global. Karena itu, peralihan ke kendaraan listrik, kendaraan berbahan bakar hidrogen, dan sistem mengemudi otonom menjadi solusi penting dalam mendukung target emisi nol bersih tahun 2060.

“Transisi ini tidak hanya tentang teknologi, tapi juga tentang kesiapan SDM. Industri kendaraan energi baru membutuhkan tenaga ahli yang memahami sistem, perawatan, hingga produksi,” ujar Lulu.

Menurutnya, Tiongkok telah menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan kendaraan listrik. Saat ini, sekitar 60% kendaraan yang beroperasi di jalanan Tiongkok merupakan kendaraan energi baru. Indonesia, kata Lulu, memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak tersebut, terutama karena kekayaan sumber daya nikel dan dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri EV (electric vehicle).

Lulu juga memaparkan bagaimana Beifang Auto telah mengembangkan pusat pelatihan dan kurikulum berbasis teknologi terkini untuk mendukung pendidikan di sektor otomotif berkelanjutan. Pelatihan ini mencakup simulasi kendaraan listrik, teknologi hidrogen, hingga sistem mengemudi mandiri, dengan pendekatan praktik langsung melalui perangkat laboratorium dan kursus daring maupun luring.

“Kami percaya bahwa kolaborasi antara industri dan pendidikan sangat penting. Kami ingin membantu membekali generasi muda dengan keterampilan teknis agar siap menghadapi revolusi kendaraan masa depan,” jelasnya.

Lulu juga menyoroti pentingnya pendidikan sebagai landasan perubahan global di sektor otomotif. Menurutnya, institusi pendidikan harus menyesuaikan kurikulum mereka dengan perkembangan industri agar lulusan siap bersaing secara global.

“Dengan investasi di pendidikan dan pengembangan talenta, kita dapat mendorong inovasi dan menciptakan masyarakat yang lebih bersih dan sehat,” tambahnya. (*DMS)