Logo MPR

Dalam pidatonya, Rektor UNAS Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A. mengatakan bahwa wisuda adalah akhir perjuangan sebagai mahasiswa, dan awal perjuangan sebagai warga negara untuk memasuki dunia kerja yang nyata dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Untuk menang dalam persaingan, modalnya bukan hanya mengandalkan ijazah dengan prestasi akademik (cum laude, sangat memuaskan, atau memuaskan), namun lebih dari itu membutuhkan modal soft skill.

Ia melanjutkan bahwa soft skill sangat penting dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi karena dunia kerja tidak hanya menuntut kemampuan teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan interpersonal dan komunikasi yang baik. Kemampuan seperti kerja sama tim, kepemimpinan, komunikasi efektif, empati, serta kemampuan beradaptasi menjadi faktor penentu dalam keberhasilan karier seseorang.

“Di lingkungan profesional, lulusan yang mampu berinteraksi dengan baik, menyampaikan ide secara jelas, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif cenderung lebih dihargai dan memiliki peluang berkembang lebih besar,” ujarnya dalam wisuda UNAS.

Lebih lanjut, Rektor UNAS mengatakan bahwa dalam mencapai tahap wisuda bukanlah proses yang mudah, dibutuhkan tekad kuat, semangat pantang menyerah, dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai tantangan selama masa studi. Perjalanan ini tidak hanya membentuk capaian akademik dan memperkaya wawasan intelektual, tetapi juga ditempa melalui prestasi non-akademik serta dinamika lingkungan kampus yang turut membentuk karakter, sikap, dan perilaku para wisudawan dan wisudawati.

El Amry juga menyatakan bahwa UNAS berkomitmen untuk terus menjadi pusat pembelajaran yang unggul, menjaga standar kualitas yang tinggi dan memberikan pengalaman yang berharga serta terus berinovasi dalam menghadapi tantangan masa depan. “Kami akan terus berinovasi menghadapi tantangan masa depan, mengukir prestasi baru untuk tahun–tahun yang akang datang,” kata El Amry.

Pada periode I Tahun Akademik 2024/2025 ini, UNAS mewisuda sebanyak 1.584  wisudawan yang dibagi menjadi dua Sesi dengan jumlah wisudawan sebanyak 1095 pada sesi 1 terdiri dari 74 wisudawan program magister, 1021wisudawan program sarjana. Sedangkan Sesi 2 diikuti oleh 489 wisudawan terdiri dari 18 wisudawan program magister, 471 wisudawan program sarjana.

Lulusan Baru Didorong Menjadi Pelaku Usaha: Tantangan Global Menuntut Inovasi dan Keberanian

Dalam wisuda UNAS ini, juga turut dihadiri oleh Dr. (HC) Drs. Muhammad Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden ke 10 dan ke 12 Republik Indonesia yang juga Warga Kehormatan UNAS. Dalam pembekalannya, ia menekankan bahwa para lulusan perguruan tinggi diingatkan akan tantangan besar yang menanti di dunia nyata. Situasi global yang penuh gejolak mulai dari perang antarnegara, krisis ekonomi, hingga disrupsi teknologi menjadi latar belakang penting bagi para lulusan untuk menyiapkan diri dengan pola pikir logis, inovatif, dan berani mengambil risiko.

“Dunia ini sedang berada dalam krisis. Dari perang Rusia-Ukraina hingga konflik Israel dan Gaza, semuanya berdampak pada perekonomian global dan Indonesia turut terdampak,” ujarnya.

Ia menyoroti bahwa dampak dari krisis tersebut meliputi penurunan harga komoditas, pelemahan penerimaan negara, serta berkurangnya lapangan kerja.

Dalam kondisi seperti itu, lulusan perguruan tinggi tidak hanya dihadapkan pada pilihan untuk melamar kerja, melainkan juga dituntut untuk berkarya dan menciptakan lapangan kerja sendiri. “Menjadi entrepreneur adalah pilihan yang rasional dan relevan saat ini,” tegas Jusuf Kalla.

Ia menyebutkan bahwa semangat kewirausahaan harus didukung oleh keberanian, kegigihan, dan inovasi. “Ingat, tidak ada pengusaha besar yang langsung sukses. semuanya dimulai dari bawah,” ujarnya.

Jusuf Kalla juga menekankan pentingnya terus belajar dan beradaptasi, apalagi di tengah kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) yang mengubah wajah dunia kerja secara signifikan. “Kalau Anda berhenti belajar, Anda akan tertinggal. Teknologi berubah tiap lima tahun. Apa yang anda kuasai hari ini bisa jadi sudah usang esok hari,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengajak para lulusan untuk memanfaatkan potensi sumber daya lokal, termasuk melanjutkan usaha keluarga di daerah asal sebagai bagian dari kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. “Jangan malu memulai dari kampung halaman. Banyak yang besar dari sana,” katanya.

Disebutkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 800.000 lulusan sarjana setiap tahunnya, sementara peluang kerja formal semakin terbatas. Karena itu, ia mengingatkan agar para lulusan tidak hanya mengejar ijazah sebagai kebanggaan, tetapi menjadikannya alat untuk membangun masa depan dengan kerja keras dan dedikasi.

“Dunia hari ini membutuhkan keberanian, bukan hanya nilai akademik. Maka, jangan takut gagal. Gagal hanyalah sukses yang tertunda,” pungkasnya.

Sebelum menutup pembekalannya, Jusuf Kalla mengajak seluruh lulusan untuk merenungkan cita-cita dan visi hidup mereka, serta mengingat bahwa doa orang tua adalah bekal paling berharga dalam meraih kesuksesan.

Inovasi Bukan Lagi Pilihan Tapi Keharusan

Sementara itu, Plt. Kepala LLDikti Wilayah III Tri Munanto yang dalam hal ini diwakili oleh Ketua Tim Kerja Anti Dosa Pendidikan & Integritas Akademik di LLDIKTI Wilayah III Taufan Setyo Pranggono, S.Kom., M.Si. dalam pidatonya turut menyampaikan selamat dan apresiasi kepada wisudawan/i atas keberhasilan yang telah diraih. Ia melanjutkan bahwa pencapaian tersebut adalah cerminan komitmen UNAS dalam menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berwawasan global dan peduli pada lingkungan sosial.

Ia melanjutkan bahwa di tengah kompleksitas tantangan global mulai dari krisis iklim, transformasi energi, hingga disrupsi digital, inovasi bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. “Inovasi yang kita bangun haruslah menciptakan solusi berkelanjutan yang berdampak nyata bagi masyarakat, sesuai dengan semangat Universitas Nasional untuk memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai kemanusiaan,” katanya.

Dalam era dimana Knowledge in Action menjadi kekuatan, perguruan tinggi tidak cukup hanya memproduksi lulusan berijazah. Dampak nyata dari kemampuan lulusan memberikan kontribusi solutif terhadap persoalan bangsa adalah tolak ukur keberhasilan sejati. Para dosen, instruktur, dan tenaga kependidikan di UNAS adalah ujung tombak transformasi dimana bukan hanya sebagai peran yang mentransfer ilmu tetapi menanamkan nilai kolaborasi, kepemimpinan, dan integritas.

Taufan menyebut bahwa hal tersebut sudah di tegaskan didalam Program Diktisaintek Berdampak yang baru saja diluncurkan. Melalui program tersebut perguruan tinggi harus menghasilkan lulusan berdaya guna yaitu lulusan yang mampu menciptakan inovasi teknologi, memperkuat tata kelola pemerintahan, mengembangkan ekonomi kreatif, dan memajukan keadilan sosial.

Adapun dari 1.584 wisudawan/i yang dilantik pada hari ini terdapat 14 wisudawan/ti dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dari berbagai program studi serta jenjang yang telah berhasil menyelesaikan studi dengan prestasi yang membanggakan, diantaranya yaitu : (1) Augustine Nur Auzi wisudawati Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan IPK 4.00, (2) Novita Sari wisudawati Program Magister Hukum, Fakultas Hukum dengan IPK 4,00, (3) Rika Novida wisudawati Program Magister Biologi, Fakultas Biologi & Pertanian dengan IPK 4,00, (4) Ryandi Yusuf wisudawan Program Magister Teknologi Informatika, Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika dengan IPK 4,00, (5) Siti Lomrah wisudawati Program Magister Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan dengan IPK 3,98, (6) Pei Misterino wisudawan Program Magister Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan IPK 3,97 dan (7) Galih Rakasiwi wisudawan Program Studi Sistem Informatika Fakultas Teknologi Komunikasi Dan Informatika dengan IPK 3,99.

Kemudian, (8) Aulia Anisa Lathifa wisudawati  Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Dan Sastra dengan  IPK 3,97, (9) Fauziah Amanda Rihan wisudawati Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan IPK 3,96, (10) Chelo Anastasya Rasya Griselda wisudawati Program Studi Hukum, Fakultas Hukum dengan IPK 3,95, (11)Afrelia Bintang Tri Wulandari wisudawati Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan dengan IPK 3,95, (12) Irma Dwi Ariani wisudawati Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis dengan IPK 3,84, (13) Yuliana Gekeng Grace Kedang wisudawati Program Studi Agroteknologi Fakultas Biologi dan Pertanian dengan IPK  3,92 dan (14) Lutfi Khairullah wisudawan Program Studi Fisika Fakultas Teknologi Dan Sains dengan IPK 3,54.

Selain itu masih ada 25 wisudawan/ti dari program Pascasarjana dan 1106 wisudawan/ti dari program Sarjana, yang berpredikat “Cum Laude” (Dengan Pujian) yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Prestasi Tak Terbatas Usia: Wisudawati S2 UNAS Ini Sukses Raih Cita-Cita yang Tertunda

Salah satu wisudawati Program Magister UNAS Rini Dwi, M.AP. membagikan kisah inspiratifnya dalam menyelesaikan pendidikan S2. Ia mengungkapkan bahwa semangat untuk kuliah adalah keinginan yang sempat tertunda karena harus lebih dulu menguliahkan kedua anaknya. Kini, setelah perjuangan panjang, ia berhasil menyelesaikan studi pascasarjananya dengan penuh rasa syukur.

“Tentu dong, ini kan keinginan yang tertunda, jawab saya ketika ditanya soal semangat kuliah. Saya harus menguliahkan dua anak saya terlebih dahulu, dan akhirnya kini saya berhasil lulus S2,” ujarnya saat memberikan kesan dan pesan dalam wisuda UNAS.

Di awal perkuliahan, ia sempat merasa canggung karena usia yang lebih matang dibanding mahasiswa lain. Namun, seiring waktu, ia mampu menyesuaikan diri dan merasa menjadi bagian dari komunitas yang hangat.

Ia juga menyampaikan kekagumannya terhadap pelayanan di UNAS, mulai dari staf keamanan hingga dosen yang bersikap ramah dan bersahabat. Dalam perjalanannya, ia berhasil membuktikan bahwa usia tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi, baik secara akademik maupun non-akademik. Ia sempat mewakili kampus hingga ke Thailand dalam ajang kejuaraan, dan aktif di berbagai kompetisi nasional lainnya.

Lebih dari itu, ia ingin membuktikan bahwa seseorang yang berasal dari dunia olahraga tetap bisa sukses di jalur akademik dan dunia kerja. Baginya, prestasi adalah bentuk kemenangan atas keraguan dalam diri, dan hasil dari semangat belajar, kesiapan mental, serta kerja keras yang tak kenal usia.

“Dengan usia yang sudah matang, saya masih mampu meraih prestasi bahkan hingga ke Thailand tahun 2023 dan di ajang kejuaraan nasional lainnya. Saya ingin membuktikan bahwa orang olahraga pun bisa berprestasi secara akademis, dan sukses di dunia kerja. Karena prestasi bukan hanya soal angka. Ia tidak dibatasi oleh usia. Prestasi adalah kemenangan atas rasa ragu dalam diri sendiri,” kata Rini.

Di akhir sambutannya, ia mengucapkan terima kasih kepada keluarga, terutama kedua orang tuanya yang telah menjadi panutan dalam hidup. Ia juga memberikan apresiasi khusus kepada suami yang selalu mendukung setiap cita-citanya, serta kepada UNAS yang telah menjadi tempat belajar yang penuh dukungan dan inspirasi.

“Terima kasih kepada kedua orang tua saya. Untuk Almarhum Ibu terima kasih telah mengajarkan saya untuk selalu menjadi orang baik tanpa pamrih, dan berguna bagi orang banyak. Untuk Bapak, yang baru saja berulang tahun ke-90 tanggal 5 Juni lalu Bapak adalah atlet, dan terus memberi semangat meski usia tak muda lagi. Terima kasih kepada semua yang telah memberi contoh, semangat, dan dukungan dalam menghadapi kerasnya dunia. Terakhir, untuk suamiku tercinta Sunarwi terima kasih telah selalu mendukung apa pun yang aku cita-citakan. Tidak lupa terima kasih, UNAS,” ungkap Rini. (*DMS)