Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Universitas Nasional, untuk mengurangi penggunaan pestisida berlebihan yang berdampak negatif terhadap lingkungan (02/07). Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong pengembangan kawasan hortikultura yang ramah lingkungan.
Seperti yang dilansir pada laman https://makassar.tribunnews.com, Kementan telah memulai penjajakan pengembangan Kampung Hortikultura Ramah Lingkungan di Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan serta memberikan manfaat jangka panjang bagi petani dan ekosistem setempat. Dalam inisiatif ini, Kementan menggandeng Universitas Nasional Jakarta (Unas) untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Kerjasama ini melibatkan Pusat Studi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Desa (Pusbitep 2 D), inovasi, serta penerapan metode pertanian yang mengurangi penggunaan pestisida kimia dan meningkatkan kesehatan tanah.
Direktur Perlindungan Tanaman, Jekvy Hendra, menyatakan antusiasmenya terhadap program Kampung Perlindungan yang diinisiasinya. “Program ini merupakan langkah penting untuk menciptakan pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dengan melibatkan akademisi dan praktisi dari perguruan tinggi, kami yakin dapat menemukan solusi inovatif untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan meningkatkan produksi hortikultura,” ujar Jekvy.
Program Kampung Hortikultura Ramah Lingkungan diharapkan menjadi model bagi kawasan lain di Indonesia dan memperkuat hubungan antara dunia akademis dan praktisi pertanian. Melalui kolaborasi ini, Kementan optimis dapat menciptakan solusi pertanian yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi kesejahteraan petani serta kelestarian lingkungan. Kementan berkomitmen untuk terus mendorong program-program yang mendukung pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Serta memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan dapat memberikan manfaat optimal bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian. Ketua Kelompok Dampak Perubahan Iklim, Muhammad Agung Sunusi, mengakui bahwa program Kampung Perlindungan Hortikultura akan menjadi solusi saat pertanian dilanda kekeringan.
“Perubahan iklim akan menjadi tantangan tersendiri bagi petani, dan kita harus mempersiapkan diri sekarang. Kami telah membuat aplikasi EWSSIPANTARA yang bisa memprediksi cuaca, musim tanam, serangan hama, dan potensi OPT lainnya. Ini sangat berguna,” paparnya. Senada dengan Direktur Perlindungan, Kepala Biro Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unas, Dr. Ir. Tri Waluyo, M.Agr., mengungkapkan keseriusannya dalam keikutsertaan Unas Jakarta dalam program Kampung Perlindungan Hortikultura.
“Kami mewakili Unas sangat bangga bisa diikutsertakan dalam program Kementan. Kami sebagai insan akademik akan terus mendukung program pemerintah, sesuai misi kami untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara,” terangnya. Pertemuan pembinaan yang dilaksanakan di Sukabumi juga meyakinkan petani bahwa pemerintah dan perguruan tinggi hadir di tengah-tengah masyarakat. Kepala Desa Nanggerang, Unang Suwandi, mengapresiasi Kementan dan Unas Jakarta yang telah memberikan kontribusi kepada masyarakat Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
“Kami berterima kasih kepada Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian dan Unas Jakarta yang telah bersama-sama membangun pertanian di wilayah kami. Ini akan menjadi awal dari bangkitnya kesejahteraan desa kami,” terang Kades Cicurug.(***)