Adapun hasil penelitian dari setiap Negara termasuk Indonesia (PPI UNAS) dibahas dalam webinar Internasional dengan tema “PENDA HBCC Webinar: Findings from the Evaluation of the FCDO funded Hygiene and Behaviour Change Programme”, pada Rabu, (13/3/2024)

Jakarta (UNAS) – Pemerintah Inggris dan Unilever meluncurkan Hygiene & Behavior Change Coalition (HBCC) untuk memitigasi penularan COVID-19 di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Program ini menargetkan satu miliar orang dan menggunakan beragam saluran seperti media massa, alat digital, dan komunikasi antarpribadi. Banyak mitra yang didanai HBCC mempromosikan inklusi dengan melibatkan penyandang disabilitas, lansia, dan pengasuh dalam perencanaan, dengan menawarkan solusi yang disesuaikan seperti tempat cuci tangan yang mudah diakses dan pelatihan.

Dengan pendanaan dari FCDO dan PENDA, Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional, Bangladesh (Icddr,b) memimpin studi kolaboratif untuk memahami tingkat inklusi penyandang disabilitas, lansia, dan perawat dalam proyek yang didanai HBCC dan mengevaluasi efektivitas program tersebut. Intervensi untuk populasi ini, bersama dengan B-SCAN, icddr,b juga melakukan survei berbasis populasi di Bangladesh untuk membandingkan pengalaman air, sanitasi dan kebersihan (WASH) antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas melalui kacamata gender dan penuaan.

Dalam rangka menyajikan temuan evaluasi dari proyek-proyek yang didanai HBCC di Kenya, Indonesia dan Zambia, icddr,b bersama dengan mitra penelitian mengadakan Webinar Internasional dengan tema “PENDA HBCC Webinar: Findings from the Evaluation of the FCDO funded Hygiene and Behaviour Change Programme”, pada Rabu, (13/3/2024). Webinar ini membahas berbagai keberhasilan dan tantangan utama di ketiga negara tersebut dan merekomendasikan cara memperkuat inklusi dalam upaya yang didanai HBCC di masa depan.

Adapun perwakilan Indonesia yang ditunjuk dalam program HBCC, yaitu Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS). Daerah yang menjadi fokus pengerjaannya yakni di Jakarta Utara dan Kabupaten Bandung Barat pada bulan Juli – Agustus tahun 2022. Menurut laporan riset PPI UNAS yang dipublikasi pada 24 Mei 2023, dalam program HBCC para peneliti dari PPI UNAS meninjau apakah pesan perubahan perilaku hidup bersih kurang inklusif bagi penyandang disabilitas dan orang tua dibandingkan dengan orang tanpa disabilitas dan orang yang lebih muda.Penelitian juga ingin mengungkap tentang tantangan yang dihadapi oleh pengambil kebijakan dalam memberikan intervensi yang disebabkan oleh tidak tersedianya data segregasi disabilitas dan penuaan yang dapat mengakibatkan desain intervensi yang dilakukan selama ini tidak inklusif.

“Misalnya, tempat cuci tangan yang dipasang HBCC tidak mempertimbangkan aksesibilitas universal. Intervensi di masa depan harus dipertimbangkan untuk mengembangkan semua tempat cuci tangan ramah disabilitas, terutama jalur masuk yang dapat diakses, tempat cuci tangan, serta air dan sabun,” jelas PPI UNAS dalam publikasinya.

Masih dalam publikasinya, studi evaluasi program HBCC juga mengungkap beberapa temuan kunci. Temuan kunci pertama terkait media yang paling diandalkan dalam mendapatkan informasi Covid-19 dan cara-cara pencegahannya. Responden menjawab televisi merupakan media utama yang dipilih dalam mendapatkan informasi mengenai Covid-19.untuk beberapa alasan, seperti paling mudah digunakan, tersedia di rumah atau di lingkungan sekitar, dapat dinikmati secara bersama, pesan yang disampaikan lebih dipercaya karena disampaikan oleh pemerintah, tokoh-tokoh yang mempunyai kapasitas di bidangnya melalui lembaga siaran yang resmi.

Temuan kunci kedua tentang pendamping dan tokoh panutan dalam menjalankan perilaku higienis. Lebih dari 40% responden dari kelompok orang dengan disabilitas menjadikan keluarga sebagai sosok panutan sedangkan tokoh lain seperti selebriti dan tokoh agama hanya dipilih sebesar 4%. Sebanyak 65% responden disabilitas juga memilih keluarga sebagai sumber informasi dan tempat bertanya mengenai Covid-19 dan masalah kesehatan lainnya, disusul dengan pemerintah setempat sebanyak 32% dan kader kesehatan 33%. Sementara itu, kalangan selebriti dan tokoh agama hanya dipilih sebesar 2%.

Temuan kunci ketiga mengenai pengetahuan responden mengenai Covid-19 dan cara-cara pencegahannya cukup tinggi. Secara keseluruhan lebih dari 80% responden menyatakan pernah menerima pesan terkait Covid-19 dan perilaku higienis untuk pencegahan penyebaran virus. Responden kelompok disabilitas yang setuju bahwa virus Covid-19 dapat dicegah melalui perilaku higienis seperti mencuci tangan mencapai 80%, menggunakan masker 79%, dan menjaga jarak 70%. Sedangkan cara pencegahan dengan vaksinasi mencapai 38% dan menghindari kerumunan sebesar 27%.

Temuan kunci keempat terkait dengan perilaku higienis di kalangan disabilitas dan lansia. Di kalangan disabilitas, mencuci tangan dan mengenakan masker merupakan merupakan perilaku higienis yang paling sering dilakukan dan mencapai 73% sedangkan menjaga jarak hanya 60%, Hal ini karena adanya kebijakan pembatasan sosial dan keterbatasan dalam melakukan mobilitas sehingga mereka lebih banyak berada di rumah dan tidak keluar sama sekali. Sementara itu, di kalangan tanpa disabilitas mencuci tangan dengan sabun mencapai 93%, memakai masker 84%, dan menjaga jarak 78%. Di kalangan lansia, sering mencuci tangan dengan sabun mencapai 81%, memakai masker ketika ke luar rumah 75% dan menjaga jarak 64%. Sedangkan di kalangan non-lansia perilaku mencuci tangan sebesar 85%, mengenakan masker 82%, dan menjaga jarak 74%.

Riset yang dilakukan PPI UNAS telah melalui berbagai Workshop, Evaluasi hingga dirumuskan kedalam Naskah Kebijakan Perilaku Higienis. Hingga akhirnya riset ini selesai pada tahun 2023. (MPR)