JAKARTA (UNAS) – Indonesia saat ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam lima tahun terakhir. Namun, pertumbuhan industri e-commerce justru semakin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi tanah air. Melalui e-commerce masyarakat ditawarkan dengan berbagai kemudahan dalam bertransaksi dan diprediksi tahun 2020, indonesia menjadi kekuatan ekonomi baru dunia jika terus mengembangkan serta mendukung perekonomian Indonesia melalui industri e-commerce.

Melihat perkembangan Industri e-commerce begitu pesat, Fakultas Ekonomi menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Digital Economic Platform” sebagai solusi terpadu dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat era di era digital. Turut hadir dalam acara ini Dekan Fakultas Ekonomi Dr. Suryono Efendi, S.E.,MM., Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Herry Krisnandi, S.E., MM., dan Founder Oneacademy Indonesia Dr. Sulistya Putra, S.T., MA. sebagai pembicara.

“Hari ini kita akan mendalami bagaimana dunia digital sudah merambah kepada kehidupan sehari hari terutama dibidang ekonomi. Perlunya kita mengetahui bagaimana cara menyikapinya dan tentunya dapat berkontribusi bagi perekonomian Indonesia,” Ujar Suryono dalam sambutannya di Aula Blok I lantai 4 Universitas Nasional, Rabu (11/4).

Ia menambahkan, dalam menghadapi perlambatan ekonomi perlu nya inovasi dan kreatifitas sehingga mendongkrak ekonomi indonesia menjadi 5,1 hingga 5,4 persen sesuai target pemerintah. Ia mendorong kepada mahasiswa untuk menciptakan ide-ide dan terobosan baru berbasis teknologi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Sementara itu dalam paparannya Sulistya mengatakan, penggunaan internet di Indonesia masuk tiga besar di asia dan 10 besar di dunia. Namun, penerapan ekonomi digital masih kalah jauh dibanding Afrika. “Penggunaan ekonomi digital di Indonesia masih sangat minim dibandingkan afrika, sebab masih banyak pelaku usaha yang menggunakan konvensional,”katanya.

Ia menilai, penggunaan ekonomi digital platform bisa memberikan solusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di era global, Jika ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat memilih untuk menjual produknya di media sosial. “Ekonomi digital platform menjadi bisa menjadi terobosan baru bagi pemerintah dalam menanggulangi kesejateraan masyarakat saat ini, namun itu perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat,” imbuhnya.

Menurut Sulistya, pada era ekonomi digital ini perubahan-perubahan terjadi karena adanya Digital Disruption yaitu mengganti yang baru yang lebih cepat dan efisien. digital disruption terjadi di beberapa bidang seperti dunia perbankan hingga dunia otomotif. “jadi dengan adanya digital disruption semua berubah menjadi online dan konvensional sudah berkurang,” tuturnya.

Sulistya mengharapkan para generasi muda dapat menyikapi digital disruption dengan menciptakan hal-hal baru yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi sehingga dapat terhindar dari ancaman atas pergeseran era. “Dalam hal ini mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat memanfaatkan digital ekonomi untuk bersaing di global dan membantu membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tutupnya. (*DMS)