JAKARTA (UNAS) – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) Universitas Nasional (UNAS) kembali melangsungkan workshop dalam rangkaian kegiatan Communication Weeks (Commeweks) 2019. Bertajuk “Saya ingin jadi copywriter”, workshop periklanan ini mengajak para mahasiswa untuk belajar story telling dan melahirkan ide melalui creative thinking.

Dosen Ilmu Komunikasi UNAS, Djujur Luciana R. S.Sos., M.Si. mengatakan, story telling dan creative thinking dapat melatih mahasiswa untuk menulis iklan yang bagus, unik, dan memberikan makna tersendiri bagi khalayak. “Melalui workshop ini juga mahasiswa dapat belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan bagaimana menulis iklan dengan baik sehingga menarik khalayak,” jelasnya.

Hadir sebagai pembicara pertama, Praktisi Coorporate Communication, Anggoro Santoso, M.Ikom. mengatakan, creative thinking merupakan kemampuan yang akan terus berguna di era teknologi. Karena, dunia periklanan saat ini memerlukan creative thinking agar bisa berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

“Banyak orang periklanan yang bangkrut karena tidak memiliki kreativitas, sehingga mereka tidak bisa bertahan dan jatuh. Padahal, di era teknologi digital 4.0, kreatifitas itu menjadi hal yang utama. Siapa yang punya inovasi dan ide-ide yang unik, mampu menggaet khalayak, maka dia yang bertahan,” ujar Anggoro yang juga dosen Ilmu Komunikasi UNAS itu.

Ia melanjutkan, mahasiswa perlu mencari ide untuk membuat hal yang baru di dunia periklanan. Namun, tidak ada ide yang baru di dunia, semua hasil dari modifikasi. “Ide kita juga pasti tidak ada yang original, pasti kita terinspirasi dari sesuatu lalu muncul lah ide, oleh karena itu banyak cari-cari referensi, perluas wawasan,” kata dia.

Sementara itu, pembicara kedua, Creative Advisor dan Story Teller Budiman Hakim menyampaikan, agar dapat bersaing dalam dunia periklanan, mahasiswa perlu belajar story telling. “Story telling ini cara paling ampuh untuk berjualan di sosial media,” ungkapnya.

Menurutnya, story telling diambil dari kisah mendongeng yang kini diangkat sebagai strategi marketing. Hal ini perlu dilakukan karena melalui bercerita, penyampaian pesan menjadi lebih unik dan menarik.

“Buat anak periklanan, ini strategi yang ampuh karena kekuatannya ada di cerita. Kita dari dalam kandungan saja sudah didongengkan oleh Ibu, jadi penyampaian pesan melalui berdongeng itu lebih mudah diterima oleh masyarakat, toh kita sudah mendengarnya sejak kecil,” tuturnya.

Ia menyarankan kepada mahasiswa untuk terus mengupdate postingan menjadi lebih interaktif dan kreatif menggunakan story telling. Ini merupakan kunci branding di sosial media.(#NIS)