JAKARTA (UNAS) – Memasuki tahun politik 2019, masyarakat akan disuguhkan satu momentum besar yaitu Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilu. Berbagai calon sedang gencar mempersiapkan diri juga pemilih yang akan turut andil dalam pesta demokrasi tersebut. Tak terkecuali mahasiswa, sabagai generasi penerus bangsa, mahasiswa juga perlu berperan aktif dalam momentum ini untuk perubahan bangsa yang lebih baik.

Brigjen. Pol. Dr. Drs. H.M. Fadil Imran, M.Si. mengatakan, menjelang pemilu mahasiswa harus berperan aktif dalam menjaga keamanan seperti tidak terlibat dengan aksi demonstrasi yang tidak sehat. Selain itu, juga membantu menyukseskan pemilu dengan terlibat dengan segala kegiatan positif jelang pemilu.

“Mahasiswa harus mengambil peran dalam pemilu yang akan datang supaya bisa berlangsung proses pemilu yang aman, damai, dan menghasilkan pemimpin yang terbaik,” jelasnya dalam Diskusi Nasional ‘Peranan Pemilih Milenial dalam Mewujudkan Demokrasi yag Berkualitas di Tahun Politik 2019’ yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Nasional (HIMAJIP UNAS) bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Indonesia (HIMAPOL), di Aula UNAS, Kamis (24/01).

Selain itu, ia juga mengajak para milenial untuk memerangi hoax jelang pemilu 2019 yang dapat memecahbelahkan bangsa. “Milenial harus bijak dalam menggunakan medsos, tidak ikut dalam menyebarkan hoax, tidak golput. Semua itu dilakukan karena peran milenial sebagai generasi penerus begitu penting,” tambahnya.

Sama halnya dengan Komisioner KPU RI, Pramono Ubaid Tanthowi, M.A. Ia mengatakan, peran serta pemilih milenial dalam pemilu harus terlibat aktig seperti ikut serta dalam penyelenggaraan pemilu baik pemilih maupun petugas, mengawasi setiap tahapan, membantu mensosialisasikan pendidikan politik, serta memantau pemilu.

“Kalian harus aktif dalam pelaksanaan pemilu, dan harus terlibat di dalamnya. Dari ikut pemilihan yang menggunakan hal pilih sampai pada penetapan hasil pemilu,” imbuhnya. Selain itu, menurutnya perlu ada edukasi lebih lanjut mengenai pemilu kepada pemilih pemula untuk dapat menimbulkan kesadaran mengapa harus menjadi pemilih.

Hal ini juga didukung oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini. Ia menyarankan mahasiswa untuk tidak hanya sebagai penonton dan pemilih tetapi juga bisa menjadi aktor saat pemilu. “Sekarang sudah banyak mahasiswa yang nggak hanya milih, tapi juga mencalonkan menjadi caleg. Jadi betul-betul berpartisipasi sepenuhnya dalam tahun politik ini,” ungkapnya.

Titi menjelaskan, milenial juga memiliki adaptasi politik yang berbeda dengan kelompok yag lebih tua. Menurutnya, milenial lebih dinamis dan cepat berubah dalam persepsi politiknya, hal yang paling berpengaruh adalah dari lingkungan. Oleh sebab itu, pemilih pemula dan milenial perlu dikelola dan diberikan sosialisasi dengan baik karena dapat menjadi penentu kemenangan.

Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (DPP-PGK) Bursah Zarnubi, S.E., mengatakan bahwa pentingnya pendidikan politik bagi generasi milenial saat ini. Menurutnya kampanye jelang Pemilu juga harus mengedukasi masyarakat. “Kampanye politik seharusnya dapat menghasilkan pertimbangan masyarakat untuk menentukan pilihan. Justru sekarang kampanye banyak yang mengandung hoax, ujaran kebencian, perdebatan dan lain-lain,” tuturnya.

Fenomena ini, lanjut Bursah, dapat membuat masyarakat risau dan mengibaratkan pemilu sebagai perang. Oleh sebab itu ia berharap semua elemen bangsa terutama milenial yang dekat dengan media sosial dapat menjadi agent of change dan memperteguh komitmen kebangsaan di tahun politik 2019.

Hal ini didukung oleh Ketua Bawaslu RI, Abhan, S.H., M.H. ia mengatakan, generasi muda memegang peranan yang penting sebagai penentu kemenangan, sehingga diharapkan mereka tidak termasuk ke dalam golongan putih (golput). “Mereka harapan masa depan Indonesia. Mereka akan mengalami dan menghadapi dan juga sekarang harus berkontribusi dengan aktif untuk melakukan pengawasan,” jelasnya.

Abhan berharap, generasi muda juga dapat menjadi pemilih yang cerdas dan rasional serta memahami dengan baik visi misi dan program kerja kandidat yang ia pilih. “Selain menjadi agen perubahan, mereka juga memiliki idealisme yang tinggi dan bisa menyuarakan bagaimana politik yang bersih dari segala hoax, ujaran kebencian, politik uang, dan lain-lain,” tandasnya.

Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Ilmu Politik UNAS, Drs. Hari Zamharir, M.Si. mengatakan, mahasiswa sebagai pemilih pemula diharapkan dapat menyukseskan pemilu sehingga mewujudkan demokrasi yang berkualitas. “Semoga mahasiswa UNAS bisa berperan aktif dan menyukseskan pemilu tahun 2019 dan bisa mengambil pelajaran dari kegiatan politik tersebut,” tutupnya.(*NIS)