Umar Basalim, Raih Doktor Cumlaude di Usia 74 Tahun

Jakarta (UNAS) – Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional kembali melahirkan doktor kedua, di bidang politik. Adalah Umar Basalim, mahasiswa sekolah pascasarjana, yang dinyatakan berhak menyandang gelar doktor seusai menjalani sidang terbuka promosi doktor ilmu politik, di Menara UNAS, Jumat (24/3).

Gelar doktor tersebut diraih seusai menyelesaikan, mempresentasikan dan mempertahankan disertasi berjudul “Kedaulatan Pangan Dalam Pusaran liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian: Aspek Ekonomi Politik Kebijakan Pergulaan Nasional (periode 1998-2014). Umar juga merupakan doktor pertama lulusan Universitas Nasional berusia 74 tahun yang dilantik dengan prestasi cumlaude di Gedung Menara Unas yang baru diresmikan Februari lalu.

Umar diuji oleh lima penguji yaitu Dr Syarif Hidayat, Dr Irman G Lanti, Prof. Dr. Husein Sawit, Prof. Dr. Maswadi Rauf, Prof. Dr Ernawati Sinaga dan Dr T.B Maasa Djafar dihadapan para tamu dan undangan. Sidang tersebut turut dihadiri oleh para tokoh nasional, seperti KH. Sholahudin Wahid, Hidayat Nur Wahid, dan mantan jaksa agung Abdul Rahman Saleh.

Dr Syarif Hidayat, sebagai promotor, mengapresiasi kerja keras Umar dalam menyelesaikan disertasinya. Menurutnya, Umar adalah orang gigih, ulet dan pekerja keras. Dalam proses bimbingan selama kurang lebih tiga tahun, Syarif mengaku terkesan dengan kegigihan Umar.

‘’Dalam membimbing Pak Umar, tantangan terbesar adalah mengatasi psycological barrier, pertama saya membimbing seorang professor, dari segi usia beliau jauh lebih tua dari saya, beliau juga mantan dosen saya di UNAS dan satu colega dalam mengajar mata kuliah ekonomi politik, juga pernah menjabat sebagai sekjen DPR. Namun, dalam melakukan bimbingan dengan saya, Pak Umar dapat menanggalkan atribut-atribut tersebut dan menjadi mahasiswa S3 yang baik,’’ ungkap Syarif.

Kekagumannya juga bertambah, ketika mengetahui alasan Umar mengambil jenjang S3 yaitu karena tuntutan agama yang meminta umatnya menuntut ilmu sampai ke liang lahat dan memberikan ketauladanan untuk anak dan cucunya. ‘’Ia pun tak mau sekedar lulus namun ingin memberikan kontribusi baik dari sisi akademik maupun teoritis,’’ ujarnya.

Dalam presentasinya, Umar menjelaskan bahwa liberalisasi perdagangan produk pertanian telah menggeser peran negara-negara berkembang dari yang semula eksportir pangan menjadi importir pangan. Keberadaan Dewan Gula Indonesia sebagai perumus kebijakan didominasi oleh peran pemerintah yang berperan ganda sebagai regulator dan sekaligus pemangku kepentingan, telah melahirkan kebijakan yang cenderung protektif untuk menjamin keberlangsungan pabrik gula BUMN yang tidak efisien.

Penelitiannya menemukan bahwa telah terjadi pergeseran hubungan relasi antara pemerintah dengan sektor bisnis di masa orde baru. ‘’Relasi antara sektor bisnis dengan negara pada periode pasca orde baru telah mengalami pergeseran dari model subordinasi menjadi model interseksi bulan sabit (cresence intersection model) sektor bisnis dan negara,’’ paparnya. Hal ini terlihat antara lain dari keterlibatan sektor bisnis yang bergeser dari dominasi bisnis keluarga dan kroni menjadi oligarki.

‘’Kekuatan pemodal swasta sudah menggurita baik dalam kasus stok gula kristal putih maupun rafinasi. Sekarang pemerintah seperti tersandera oleh 11 pemilik pabrik gula kristal rafinasi berbahan baku gula kristal mentah impor. Sebanyak 80 persen gula kristal putih berada di tangah pedagang besar dan 11 pabrik gula ini semua dimiliki oleh swasta,’’ tegasnya.

Selain mengapresiasi disertasi Umar Basalim, Ketua Sidang Promosi Doktoral, Prof. Ernawati Sinaga menambahkan bahwa setelah promosi doktoral Umar, akan menyusul sedikitnya lima (5) calon doktor di bidang politik lainnya. ‘’Saat ini, program studi Doktor Ilmu Politik Univervsitas Nasional telah memiliki akreditasi B dan dengan diresmikannya gedung Menara UNAS baru akan semakin menunjang program pengembangan Pascasarjana ke depannya,’’ tutupnya.

You May Also Like